Hal inilah yang dimaksudkan oleh Firman-Nya, “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, yaitu orang-orang yang lalai dari salatnya.” (QS. Al-Ma’un: 4-5). Termasuk ke dalam pengertian melalaikan ialah mengerjakan shalat dengan cara yang buruk, yaitu tanpa menyempurnakan rukuk dan sujudnya.
Dalam firman yang lain disebutkan, “Dan salat itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (QS. Al-Baqarah, 2:45).
Firman ini ditujukan bagi yang salatnya bisa khusyuk, maka akan terasa ringan bagi kita yang mengerjakannya. Bahkan kekhusyukan dapat membuat shalat terasa menjadi suatu kelezatan yang maksimal dan kenikmatan yang berlimpah.
Tegasnya, orang yang salat itu harus mengikuti tata cara dan tertib yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah Saw, dalam salatnya, sebagaimana yang kita contoh dari para ulama salaf dan khalaf. Hanya orang yang salatnya sedemikian itulah yang terhitung orang yang mendirikan salat dan memeliharanya di sisi Allah Swt.
Orang yang khusyuk adalah orang yang merasakan kenikmatan dalam salatnya dan didengarkan munajatnya. Permintaannya dengan cepat dikabulkan tanpa ia sendiri merasakannya.
Salat yang khusyuk laksana obat penyembuh bagi kegundahan dan kelemahan jiwa. Dengan salat yang khusyuk, kita akan merasa tenang setelah sebelumnya gelisah, sebab dengan mengingat Allah Swt. hati akan menjadi tenang. Kita juga akan merasa nyaman setelah sebelumnya bimbang, sebab kekhusyukan dapat menjadi faktor munculnya ketenangan dalam jiwa kita semua yang beriman.
Kita juga akan merasa aman setelah sebelumnya ketakutan, sebab kita akan condong kepada Zat Yang menganugerahkan kekhusyukan dengan tangan-Nya sendiri. Kita juga akan merasa tenang setelah sebelumnya ketakutan, sebab diri kita yakin bahwa segala yang menimpa kita telah ditetapkan Allah Swt. Pahala yang diperoleh kita dari salatnya bertalian langsung dengan seberapa besar kekhusyukannya.
Nabi Saw. bersabda, “Seseorang yang telah selesai menunaikan salat, pahala tidak dicatat selain hanya sepersepuluh, atau sepersembilan, atau seperdelapan, atau sepertujuh, atau seperenam, atau seperlima, atau sepertiga, atau setengah pahala dari salatnya.” Bahkan Ibnu Abbas r.a. berkata, “Kamu tidak mendapatkan pahala dari salatmu selain dari apa yang kamu pahami.”