Keutamaan Salat Ashar

 

 

RASULULLAH shalallahu alaihi wassallam telah bersabda, “Seorang yang tertinggal salat Ashar, bagai orang yang kehilangan istri dan harta bendanya.” (HR. Syaikhan).

Dalam hadits lain Nabi Saw. telah bersabda, “Barang siapa meninggalkan shalat Ashar dengan sengaja maka Allah akan menggagalkan amalannya (usahanya).” (HR. Al Bukhari).

Barangsiapa yang mengerjakan salat Ashar di luar waktunya, maka seakan-akan ia kehilangan istri dan harta bendanya. Makna yang dimaksud ialah bahwa istri dan semua harta bendanya jika dijadikan tebusan karena melalaikan salat Ashar, maka masih belum mencukupi.

Di antara syarat memelihara shalat dan mendirikannya adalah menyegerakan pelaksanaannya pada awal waktunya. Karena itu, orang yang menyegerakan shalat akan beroleh pahala yang besar. Yang demikian itu membuktikan kecintaan Allah terhadap diri kita, membuktikan pula tentang ketergesaan diri untuk mencari keridhaan Allah dan kasih sayang-Nya.

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Salat pada awal waktunya mendapatkan keridhaan Allah, dan shalat pada akhir waktu mendapatkan pengampunan-Nya. Dan selagi seorang hamba mengerjakan shalat dan tiada meluputkannya dari waktunya, dan tiada pula melambatkannya dari awal waktunya, adalah lebih utama baginya daripada dunia dan seisinya.” (HR.Tirmidzi).

Merupakan kebiasaan yang tidak baik atau buruk bagi seorang mukmin, apabila telah masuk waktu shalat, sedang ia sibuk dengan pekerjaan dunia, kemudian ia tidak bergegas meninggalkan pekerjaan itu untuk melaksanakan shalat yang diwajibkan Allah atas dirinya. Yang demikian itu jelas disebabkan karena kelalaian yang telah menebal dalam dirinya, kurang ma’rifat kepada Allah dan lemah cintanya terhadap akhirat.

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Abdullah ibnu Mas’ud Ra berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, amal perbuatan apa yang paling afdol?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Lalu apa lagi?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Berjihad di jalan Allah.” (HR. Al-Bukhari).

Tinggalkan Balasan