Bencana Hidrometeorologi, Kombinasi Fenomena Alam dan Ulah Manusia, Begini Dampaknya

BANDUNG – Guru Besar Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran Prof. Chay Asdak menjelaskan, bencana hidrometeorologi yang meliputi banjir, tanah longsor, erosi-sedimentasi, hingga kekurangan diakibatkan oleh kombinasi fenomena alam dengan ulah manusia, sehingga menciptakan kondisi antropogenik.

Menurutnya, dalam beberapa tahun terakhir, bencana hidrometeorologi melanda sejumlah daerah di Indonesia. Tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomi, bencana hidrometeorologi juga telah menimbulkan banyak korban jiwa.

“Bencana tersebut terjadi, selain curah hujan yang ekstrem, juga karena berkurangnya tegakan hutan, pemanfaatan lahan yang tidak pertimbangkan kaidah konservasi tanah dan air, serta akibat kebijakan publik yang memicu terjadinya alih fungsi lahan,” ucap Prof. Chay saat membacakan orasi ilmiah di Bandung, Jumat (11/6).

Prof. Chay menyoroti alih fungsi lahan yang kerap terjadi seperti perubahan hutan menjadi area permukiman, perhotelan, hingga pertambangan dan/atau kebun sawit memicu terjadinya bencana hidrometeorologi.

Selain itu, bencana hidrometeorologi juga terjadi karena hilangnya area retensi air akibat aktivitas pembangunan ekonomi.

“Alih fungsi lahan akibat laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang tinggi menjadi salah satu tantangan dalam melakukan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS),” katanya.

Prof. Chay memaparkan, DAS merupakan satu kesatuan ekosistem dengan batas fisik punggung bukit atau gunung. Wilayah ini mengandung unsur utama berupa sumber daya alam tanah, air, dan vegetasi, serta manusia sebagai pelaku pemanfaat sumber daya alam tersebut.

Menurutnya, batas fisik ini penting karena memungkinkan untuk menelusuri keterkaitan hidrologis antara hulu dan hilir DAS.

“Alih fungsi lahan di hulu DAS, misalnya, tidak hanya memberikan dampak di lokasi terjadinya perubahan lanskap (on-site impact), tapi juga akan menimbulkan dampak di tengah dan hilir DAS dalam bentuk banjir, sedimentasi (sungai, reservoir), dan kekurangan air (off-site impacts),” ujarnya.

Karena itu, pengelolaan DAS terpadu berperan penting dalam mengendalikan bencana hidrometeorologi di Indonesia.

Prof. Chay menyarankan ada empat pendekatan terpadu guna mengendalikan bencana hidrometeorologi.

Pertama, pendekatan perencanaan tata guna lahan. “Masyarakat perlu dijauhkan dari wilayah banjir alamiah. Pemerintah juga wajib memastikan agar wilayah tersebut bebas dari permukiman,” katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan