Hakikat Salat Lahir dan Batin

RASULULLAH shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, ” Yang pertama-tama dipertanyakan (diperhitungkan) terhadap seorang hamba pada hari kiamat dari amal perbuatannya adalah tentang salatnya. Apabila salatnya baik maka dia beruntung dan sukses dan apabila salatnya buruk maka dia kecewa dan merugi.” (HR. An-Nasa’i dan Tirmidzi).

Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman, “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya. (QS. Al-Maa’uun: 4-5).

Ada dua hakikat bagi shalat yaitu, hakikat lahir dan hakikat batin. Salat seseorang itu tidak akan dianggap sempurna, melainkan dengan menerapkan kedua hakikat ini sekaligus. Adapun hakikat lahir ialah, berdiri, membaca, ruku’, sujud dan yang semisal itu dari tugas-tugas salat yang lahir. Sedangkan hakikat batinnya ialah, khusyu’, hadir hati, ketulus-ikhlasan yang sempurna, meneliti dan memahami makna-makna bacaannya, tasbih dan yang semisal itu dari tugas-tugas shalat batin.

Tugas shalat lahir dilakukan oleh bagian badan dan anggota. Manakala tugas shalat batin menjadi bagian hati dan rahasia kebatinannya. Hati dan rahasia dalam dirinya inilah yang menjadi perhatian Allah pada setiap hamba-Nya.

Maka di antara memelihara shalat dan mendirikannya lagi ialah, menimbulkan kekhusyu’an dalam diri dengan sebaik-baiknya, menghadirkan hati, meneliti bacaan-bacaan dan memahami makna-maknanya, merasakan rendah hati dan diri ketika sedang ruku’ dan sujud, memenuhi hati dengan kebesaran Allah Swt. dan kesucian-Nya ketika bertakbir dan bertasbih pada seluruh gerak-gerik dalam shalat, mengosongkan segala pikiran dan detikan hati yang menyangkut urusan dunia dan meninggalkan pembicaraan dalam diri pada waktu shalat.

Hendaklah menumpahkan segala perhatian kepada upaya mendirikan dan menunaikannya secara lebih baik, sebagaimana yang diperintahkan Allah Swt.

Sebab, shalat tanpa menghadirkan hati, diri dan kekhusyu’an, adalah tiada berguna sama sekali. Al-Hasan al-Bashri berkata, “Setiap salat yang tidak disertai kehadiran hati, lebih cepat mendapatkan penyiksaan”. Juga Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak ada sesuatu yang diperoleh seorang hamba dari salatnya, melainkan apa yang dilakukan dengan akal penuh kesadaran. Dan sesungguhnya seseorang yang menunaikan shalat itu, terkadang melakukan shalat, tetapi tidak dicatat baginya seperenam dari shalat ini, ataupun sepersepuluh darinya.”

Tinggalkan Balasan