Baru 60 Persen, Vaksinasi Guru, Simulasi PTM di KBB Terhambat

NGAMPRAH – Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (KBB) masih berkutat pada pelaksanaan vaksinasi Covid-19, termasuk untuk kategori guru. Saat ini jumlah guru yang sudah menjalani vaksinasi Covid-19 baru 60 persen.

Lambatnya vaksinasi terhadap guru itu bermuara pada terhambatnya pelaksanaan simulasi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) untuk jenjang TK hingga SMP. Namun ada secercah kabar baik, yakni saat Pemda KBB menyebut pekan ini simulasi PTM bakal dilaksanakan.

“Informasi dari Kepala Dinas Pendidikan, simulasi PTM di KBB dimulai minggu depan. Saya diundang mendampingi juga,” ungkap Plt Bupati Bandung Barat, Hengky Kurniawan, kepada wartawan saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (8/6).

Hengky menyebut pelaksanaan simulasi PTM sendiri juga melihat pada status desa dan kecamatan apakah masuk zona merah atau tidak.

Sebab hanya sekolah di desa dan kecamatan yang berada di zona hijau saja yang diizinkan menggelar simulasi PTM.

“Sekolah yang boleh simulasi PTM itu di semua kecamatan yang zona hijau, sesuai arahan semua akan simulasi. Nanti kita akan diskusikan lagi sebelum mulai,” tuturnya.

“Kita libatkan juga satgas milenial yang akan dikaderisasi untuk mengawasi tatap muka. Datang ke sekolah melakukan mitigasi kebencanaan dan edukasi soal Covid-19,” kata Hengky menambahkan.

Setelah simulasi, pihaknya akan melakukan simulasi penentuan apakah PTM bisa dilaksanakan atau ditunda.

“Penentuan PTM tergantung perkembangan kasus covid dan zonasi wilayahnya. Di Jabar sendiri memang trennya belakangan sedang naik lagi semua kasus Covid-19, jadi harus dipertimbangkan matang-matang,” jelasnya.

Soal vaksinasi guru yang baru menginjak 60 persen, Hengky mengatakan kendala yang membuat vaksinasi itu lambat lantaran guru yang memiliki komorbid dan tidak lolos screenning.

“Ada guru yang hipertensi dan lain-lainnya. Selain itu kendalanya juga stok vaksin yang juga agak telat. Kalau tenaga medis siap mendistribusikan, cuma memang beberapa kali kekurangan vaksin,” ujarnya.

“Ini terjadi di semua daerah, karena beberapa negara kasus Covid-nya tinggi lagi sehingga mengalami kekurangan produksi vaksin,” tandasnya. (mg6)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan