LEMBANG – Pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir setahun belakangan membuat sektor pariwisata di Kabupaten Bandung Barat (KBB) tersungkur. Dampak buruknya pun dirasakan para pelaku UMKM di Lembang yang mengandalkan pengunjung sebagai sasarannya.
Kondisi itu dialami langsung oleh Sujud Pribadi, pemilik kedai Kopi Luwak Sawarga di kawasan wisata Lembang. Setahun belakangan, sudah amat jarang pelanggan yang datang ke kedainya di Cikole.
Padahal, kondisi jalanan di sana terbilang cukup ramai kendaraan karena menjadi jalur perlintasan Subang-Bandung. Ditambah dengan hadirnya sejumlah objek wisata yang menyuguhkan keindahan alam.
Sujud biasanya menjual kopi kepada wisatawan lokal dan mancanegara yang sedang berlibur di kawasan yang berhawa sejuk ini.
Setiap hari Sujud berharap datangnya pengunjung untuk membeli secangkir kopi olahannya. Namun seperti yang terjadi pada Kamis (27/5), hingga siang hari konsumen yang ditunggu tak kunjung datang.
“Hari ini sama sekali tidak ada pelanggan. Terakhir itu mungkin Minggu kemarin, hanya seorang yang kebetulan lewat dan berteduh karena hujan,” ungkap Sujud.
Dia sangat senang meski mereka hanya memesan dua cangkir kopi dengan bayaran beberapa lembar uang puluhan ribu rupiah. Jarangnya orang berlibur ke tempat wisata, membuat usaha yang dirintisnya sejak 2014 lalu itu ikut-ikutan terdampak.
“Dulu omset pernah capai puluhan juta sebulan. Sekarang hanya Rp 1-2 juta perbulan. Kalau ada pemesan baru produksi. Sampai-sampai teman saya yang merasa prihatin membeli kopi, padahal dia enggak terlalu suka. Katanya buat bantu-bantu kelangsungan usaha,” katanya.
Awalnya, dia mengira pandemi tidak berlangsung lama, apalagi setelah pemerintah menelurkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berakhir.
Pelaku UMKM Sektor Wisata Semakin Kritis
Setahun berlalu, tanda-tanda pulih belum terlihat. Terlebih tempat wisata yang terkadang harus ditutup karena melonjaknya Covid-19 membuat tempat usahanya tambah sepi.
“Ya ingin nangis sebenarnya. Aset sudah dijual, sampai harus pinjam sana-sini untuk mempertahankan usaha dan kebutuhan rumah tangga. Kalau kondisi terus begini sampai tiga bulan ke depan, kayaknya gulung tikar alias bangkrut,” lanjut Sujud.
Menurutnya, usaha yang digelutinya sangat bergantung pada pengunjung yang berwisata di kawasan Cikole, seperti Gunung Tangkuban Parahu, Grafika Cikole, dan wisata lainnya.