SOREANG – Guna mempromosikan potensi produk UMKM dan kepariwisataan yang ada di Kabupaten Bandung, Wakil Bupati Bandung, Sahrul Gunawan akan menggandeng influencer dari kalangan artis.
Namun, kata Sahrul, yang perlu diperkuat adalah infrastrukturnya, baru kemudian diseimbangkan dengan suprastrukturnya.
Ketika infrastruktur ini sudah terbentuk, kata Sahrul, nantinya bisa lebih menangkap potensi-potensi yang ada.
Mengenai influencer, sebetulnya dari anak-anak muda juga luar biasa, tapi memang belum ada ruang-ruangnya. Jadi tugas pemerintah daerah adalah menyediakan ruang-ruang publik untuk kreativitas.
“Pedagang yang ada di sini kita berikan wadah. Sehingga mereka bisa menjual dengan harga yang murah dibanding Jakarta, sehingga banyak yang datang kesini. Tapi untuk menuju ke situ, tentu harus ada spot-spot destinasi yang harus diciptakan, sehingga orang bisa nyaman,” ungkap Sahrul saat diwawancara di Soreang, Senin (3/5).
Selain itu, lanjut Sahrul, ia mengapresiasi program Dinas Pertanian yang akan menjadikan Kabupaten Bandung sebagai pusat Arabika Indonesia.
“Sekarang sudah lumayan orang yang kenal kopi dari Kabupaten Bandung. Misalnya Kopi Puntang dan yang lainnya. Terkait Kabupaten Bandung sebagai pusat bisnis kopi, saya kira itu bagus,” kata Sahrul.
Sahrul meminta jajaran Dinas Pertanian Kabupaten Bandung untuk lebih banyak menggelar event sebagai bentuk promosi mengenai produk pertanian yang ada di Kabupaten Bandung. Kemudian, pria yang juga bekerja sebagai aktor itu mendorong Dinas Pertanian untuk bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud).
“Karena kegiatan dan keunggulan dari kepariwisataan tidak lepas dari agrowisata. Jadi, wisata itu terkait dengan potensi yang ada, seperti pertanian, industri, UMKM,” paparnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umaran menyatakan bahwa Kabupaten Bandung siap menjadi pusat bisnis Arabika Indonesia. Pihaknya akan menyiapkan gedung Excellent Center, yang tidak hanya memiliki kantor, tetapi juga menyediakan gudang kopi dan lantai untuk menjemur kopinya.
“Pemerintah harus mempersiapkan, jangan sampai petani itu tanam kopi rame-rame, tapi pas panen ternyata tidak laku,” ujar Tisna.
Tisna mengungkapkan, saat ini beberapa petani kopi di Kabupaten Bandung sudah melakukan ekspor atau penjualan keluar negeri. Namun, jumlahnya masih relatif sedikit, di kisaran lima kwintal hingga satu ton saja. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Bandung berharap ke depannya jumlah ekspor kopi lebih besar dan masif. (yul)