Berawal Dari Hobi, Pria Asal Cimahi Ini Serius Berkarya Miniatur Pesawat Hingga Raup Omset Belasan Juta

CIMAHI – Seorang pengrajin miniatur pesawat asal Cimahi ini telah berhasil membuat orang-orang yang penasaran dengan hasil karyanya sendiri dan membeli hasil karyanya tersebut.

Pria tersebut berdomisili di Jalan Kyai H. Usman Dhomiri No. 249 RT03/RW08, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi.

Deden Sopian, 51, seorang pengrajin miniatur pesawat sekaligus owner dari usaha dari Tiara Flight Miniatur tersebut telah menggeluguti usaha kerajinan miniatur dari tahun 2018, sebelumnya usaha tersebut telah dirintis dari tahun 2007 lalu ketika ia masih menjadi karyawan di PT. Merpati Nusantara bagian mekanik.

“Mulai belajar dari tahun 2007, awalnya cuma iseng-iseng aja hanya untuk sampingan. Ketika saya resign dari tempat kerja di tahun 2018 langsung fokus di usaha miniatur,” tutur Deden Sopian kepada wartawan jabarekspres.com saat ditemui di tempat tinggalnya, Sabtu (17/4).

Pertama kali ia membuat kerajinan miniatur pesawat ialah jenis Boeing 737, dan CPN. Semakin berkembang pesat dengan usaha yang ia miliki, ia juga membuat jenis-jenis pesawat yang lainnya hingga jenis miniatur pesawat dalam ukuran yang sangat besar.

“Awal-awal gak ditarget saya memperkenalkan pada temen-temen langsung pada tertarik dan tau dari mulut ke mulut dan akhirnya sampai ke Husein bahkan sampai ke Jakarta juga sempet dapet pesanan dari sana,” bebernya.

Ia juga merekrut 3 orang karyawan awalnya ada 10 karyawan namun karena dari 7 orang sedang ada keperluan sesuatu, jadi hanya 3 orang karyawan yang mempekerjakan hingga saat ini.

Dari workshop miniatur pesawat ini, sempat mengikuti pameran di berbagai tempat diantaranya di Jababeka, INA KRAFT, Pemkot (Pemerintahan Kota) Cimahi, dan Kelurahan Padasuka disaat sedang didatangi tamu besar.

Bahan yang digunakan untuk membuat miniatur pesawat dari bahan fiberglass. Untuk penjualan yang paling murah seharga 80 ribu dalam ukuran paling kecil, kemudian untuk ukuran menengah seharga 350 ribu, dan yang paling mahal seharga 18 juta dengan ukuran 1,5 meter.

Untuk omset yang diperoleh sebelum pandemi mencapai 10 hingga 16 juta. Namun, setelah memasuki masa pandemi Covid-19 pendapatannya menurun sebesar 50 persen.

“Solusinya selama tidak ada masuknya pesanan saya tetap menyetok barang agar ada pesanan masuk, jadi barangnya sudah tersedia,” ujarnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan