SOREANG – Kepala Dinas (Kadis) Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umaran berharap menjelang bulan suci Ramadan, satgas pangan lebih aktif dalam melakukan inspeksi mendadak (sidak) agar tidak ada beredar daging babi yang disulap menjadi daging sapi.
Tisna menilai program sidak pedagang daging sapi di Kabupaten Bandung kurang intensif. Seharusnya, kata Tisna, razia pedagang daging sapi harus rutin dilakukan khususnya saat memasuki bulan suci Ramadan.
”Satgas pangan harus antisipasi sejak dini. Gerakan-gerakan itu harus rutin dilakukan, jangan hanya pada H-1 atau H-2 lebaran, itu mah udah ke mana-mana. Jadi, begitu masuk ramadhan operasi itu, bila perlu rahasia, rutin dilakukan setiap hari,” ungkap Tisna saat wawancara di Soreang, Senin (12/4).
Tisna menjelaskan, sebenarnya satgas pangan sudah melakukan pemetaan terhadap pasar-pasar yang ada di Kabupaten Bandung, misal di mana saja pasar yang rawan terjadi kecurangan dan kapan waktu pedagang daging mulai beroperasi. Itu semua dilakukan agar bisa mencegah adanya daging celeng yang dijual bebas.
”Kalau peternakan sapi itu dipantau kesehatannya, tapi kalau peternakan babi kan enggak ada di sini. Kalau misalnya ada di Kabupaten Bandung, pasti ya kita pantau, tapi kebanyakan dari luar daerah (daging babi). Nah itu kan terkait dengan distribusi, bagaimana keluar masuk barang ke pasar, nanti mungkin ada pihak-pihak lain yang lebih berwenang,” tutur Tisna.
Dinas Pertanian sendiri sudah memiliki teknologi rapid daging. Kata Tisna, fungsinya adalah untuk mengetahui apakah daging tersebut merupakan daging sapi atau babi. Tentunya teknologi tersebut akan mempermudah satgas pangan dalam melalukan pencegahan penjualan daging babi yang diolah menyerupai daging sapi.
”Kalau satgas pangan misalnya ada operasi itu, kita diminta bantuan untuk pembuktian, ada alat dan tenaganya. Jadi, kalau ada kecurangan, kerugian bagi para peternak itu relatif sedikit, yang lebih rugi mah konsumen, merasa ditipu,” pungkasnya. (yul/ziz)