“Selalu terungkap aksi mereka dirancang dan direncanakan dari rumah kontrakan,” katanya kemarin. Termasuk aksi bom di Gereja Katedral Makassar, dirancang di rumah kontrakan pelaku.
Meski begitu, pria yang akrab disapa JK itu mengimbau pengurus masjid untuk tetap waspada. Misalnya ketika menjumpai ada perkumpulan jamaah yang terdiri atas empat sampai lima orang. Kemudian, mereka melakukan kajian dengan suara yang perlahan. Jika menemukan yang seperti itu, JK meminta takmir masjid menegur saja. “Dikhawatirkan sedang melakukan kajian tentang radikalisme,” jelasnya.
Menurut Wapres ke-10 dan ke-12 tersebut, karakteristik masjid di Indonesia itu terbuka dan tidak dibatasi jamaahnya dari kelompok tertentu saja. Dia mencontohkan masjid yang dibangun oleh Muhammadiyah. Orang NU atau ormas keagamaan Islam lainnya tetap bisa melakukan ibadah di masjid tersebut. Begitu pun sebaliknya.
Pada kesempatan sebelumnya, JK juga mengingatkan masyarakat supaya waspada adanya kemungkinan aksi teror yang serentak. Dia menjelaskan, beberapa hari terakhir terjadi penangkapan yang dilakukan aparat kepolisian di sejumlah tempat di Indonesia. Dalam penangkapan itu juga ditemukan sejumlah bom. Dia mencurigai akan ada rencana aksi teror serentak secara nasional.
’’Kita harus bersatu untuk menghadapi kelompok radikal ini. Kelompok yang ingin masuk surga secara gampang,’’ katanya. Menurut JK, pelaku teror tersebut berpikiran dengan membunuh orang akan masuk surga. Padahal, tidak ada agama yang mengajarkan seperti itu. (jawapos.com)