JAKARTA – Kepala Komite Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengakui tidak mudah menemukan kotak hitam atau black box cockpit voice recorder (CVR) milik pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1) lalu. Dia menyebut, secara teknis sempat mengalami kendala pencarian CVR.
“Beberapa penyelam dari Basarnas dari TNI AL, teman-teman dari Kepulauan Seribu, namun setelah satu bulan setengah pencarian dengan menggunakan penyelam dengan segala peralatan yang kita punya, tidak membuahkan hasil,” kata Soerjanto di Dermaga JICT II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (31/3).
Proses pencarian sempat berhenti selama kurang lebih satu minggu. Hal ini dilakukan untuk mematangkan operasi pencarian. Karena itu, tim gabungan memutuskan untuk menggunakan kapal penghisap lumpur TSHD King Arthur 8 untuk membantu proses pencarian.
“Dengan menggunakan kapal itu (TSHD King Arthur 8), kita sudah tahu area yang kita cari adalah 90×90 meter. Terus karena memang area disitu banyak lumpurnya, dengan kapal TSHD ini kita melakukan pencarian dengan penyedot lumpur, kerjanya seperti vacum cleaner, kita menyedot sampai kedalaman satu meter di area 90×90,” ujar Soerjanto.
Dia mengakui, tim gabungan sempat pesimis untuk menemukan CVR. Tetapi, Soerjanto menegaskan, CVR dibutuhkan untuk melengkapi data penelitian dari flight data recorder (FDR) yang sebelumnya telah ditemukan.
“Saya, apapun usahanya, sampai nanti kita menyerah semuanya, baru saya akan mengatakan tidak sanggup,” beber Soerjanto.
Menurutnya, tanpa ditemukannya CVR akan sulit mengetahui penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak itu. Sehingga data dalam CVR sangat dibutuhkan untuk melengkapi data yang telah diperoleh dari FDR. “Tanpa CVR memang di dalam kasus Sriwijaya 182 ini akan sangat sulit menentukan penyebabnya,” ucap Soerjanto.
Dia menyebut, dengan bantuan kapal penghisap lumpur itu mampu menemukan CVR. Menurut pengakuannya, CVR berhasil ditemukan pada Selasa (30/3) sekitar pukul 20.00 WIB malam.
Pesawat Sriwijaya SJ-182 rute Jakarta-Pontianak dilaporkan hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021) sore sekitar pukul 14.40 WIB. Pesawat jatuh di kawasan Kepulauan Seribu, antara Pulau Lancang dan Pulau Laki, tepatnya pada koordinat 05°57’47.81’’ S – 106°34’10.76’’ E.