Kudaku Lama Tak Menari Akibat Pandemi

Dampak Pandemi Covid-19 Mengakibatkan Pagelaran Kuda Renggong Sepi

Sumedang sebagai puseur (pusat) budaya Sunda sekaligus kota lahirnya kesenian Kuda Renggong. Akibat pandemi virus Covid-19 yang ganas, kota pusat budaya Sunda itu terpaksa membuat kesenian Kuda Renggong yang telah menjadi budaya untuk beristirahat dalam menari hingga pandemi usai.

Yanuar Baswata., Sumedang

Sumedang kini tengah gencar lakukan upaya sebagai puseur budaya Sunda. Hal itu bahkan tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Sumedang nomor 1 tahun 2020, tentang Sumedang Puseur (pusat) Budaya Sunda.

Dalam kesenian budaya di Sumedang, salah satu yang paling dikenal adalah Kuda Renggong atau kuda yang menari.

Sebelum membahas mengenai Renggong di Sumedang, Jabar Ekspres mencoba bertemu dengan salah satu pegiat kesenian Sunda.

Tidak butuh waktu lama, melalui beberapa informan terpercaya, Jabar Ekspres dijadwalkan bertemu dengan Ketua Incu Buyut Peduli Djatinangor (Ibu Djati), sekaligus pengelola Saung Budaya Sunda (Sabusu), Dadang Mulyadi atau akrab disapa Bendo, di Sabusu untuk mengatahui sejarah berawalnya Renggong di Sumedang pada Kamis (25/3).

Seperti panggilan akrabnya, saat bertemu, Dadang terlihat menggunakan bendo sebagai ciri khas gayanya dalam berpenampilan.

Saat ditanya mengenai sejarah Renggong di Sumedang, ketika senja ditelan malam, sambil menghisap rokoknya Dadang mulai membahas sejarah lahirnya Renggong di Sumedang.

Dadang mengatakan, bahwa sekiranya pada 1910, lahirnya kesenian Renggong adalah saat di masa pemerintahan Kangjeng Pangeran Aria Soeria Atmadja, atau yang dikenal dengan sebutan Pangeran Mekah.

Suasana sepi dan udara yang cukup menggigit usai hujan di Sabusu saat itu, Dadang melanjutkan, bahwa sebagai tanda kasih Pangeran Mekah, diwujudkan dalam monumen yang disebut Lingga (terdapat ditengah-tengah alun-alun Sumedang).

Dalam penuturannya, Jabar Ekspres cukup tertarik, bahwa Sumedang mendapat julukan sebagai kota paling bersih berawal dari masa pemerintahan Pangeran Mekah.

Tangan kanan yang terus digerakkan, Dadang seolah mengisyaratkan agar Jabar Ekspres ikut ke dalam imajinasi penggambaran pada 1910, masa pemerintahan Kangjeng Pangeran Aria Soeria Atmadja.

“Perhatian Kangjeng Pangeran Aria Soeria Atmadja pada sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan lingkungan hidup mendapat perhatian yang utama. Keberhasilan dalam menata dan mengolah lingkungan hidup kota, Sumedang mendapat julukan Kota Buludru (kota paling bersih),” ujar Dadang di Sabusu pada Kamis, 25 Maret 2021.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan