Militer Myanmar Makin Seperti Binatang, Bocah 7 Tahun Ditembak di Dalam Rumahnya Sendiri

MYANMAR – Khin Myo Chit terbujur kaku bersimbah darah. Anak perempuan 7 tahun itu menjadi korban termuda junta militer Myanmar. Sehari sebelumnya, remaja 14 tahun Tun Tun Aung juga tewas tertembus timah panas. Mereka berdua sama-sama ditembak di rumahnya di Mandalay. Save the Children mengungkap setidaknya ada 20 anak-anak yang kehilangan nyawa akibat keganasan militer Myanmar.

BBC melaporkan bahwa polisi bersenjata dan militer menggeledah rumah-rumah di Chan Mya Thazi Selasa sore (23/3). Salah satunya rumah U Maung Ko Hashin Bai, ayah Khin Myo Chit. Mereka masuk dengan menendang pintu, lalu bertanya apakah ada orang lain di dalam rumah. Saat dijawab tidak ada, mereka tak percaya. Mungkin karena takut, Khin Myo Chit lari ke pelukan ayahnya. Saat itulah salah seorang polisi menembak bocah berambut pendek tersebut.

’’Ayah, aku tidak tahan. Ini terlalu sakit,’’ kata Khin Myo Chit kepada ayahnya di detik-detik menjelang kematiannya.

Dia meninggal 30 menit setelah ditembak saat dilarikan ke rumah sakit. Kakaknya yang masih berusia 19 tahun juga dipukuli polisi.

Save the Children menegaskan bahwa situasi di Myanmar saat ini memprihatinkan. Anak-anak yang tewas rata-rata terbunuh di rumahnya. Padahal, seharusnya rumah menjadi tempat teraman bagi mereka.

’’Fakta bahwa saat ini begitu banyak anak dibunuh hampir setiap hari menunjukkan pengabaian total terhadap kehidupan manusia oleh pasukan keamanan,’’ ujar lembaga yang berbasis di London, Inggris, tersebut.

Pada hari yang sama, Juru Bicara Junta Militer Zaw Min Tun menyatakan prihatin atas banyaknya korban tewas dalam aksi massa. Menurut dia, demonstran yang tewas hanya 164 orang.

Namun, versi Asosiasi Pendampingan Tahanan Politik (AAPP), jumlah demonstran yang kehilangan nyawa setidaknya 261 orang. Zaw Min Tun menuding para demonstan itu sendiri yang membawa anarki dan kerusuhan di negaranya.

Terpisah, Rabu (24/3) pemerintah Myanmar membebaskan sekitar 600 aktivis yang ditahan di Penjara Insein, Yangon. Mayoritas adalah mahasiswa. Fotografer Associated Press Thein Zaw juga termasuk yang akhirnya menghirup udara bebas.(jawapos)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan