Capai 3,8 Persen, Laju Pertumbuhan UMKM di Kota Bandung

BANDUNG – Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (KUMKM) mencatat terjadi pertumbuhan UMKM di Kota Bandung sebesar 3.8% dalam kurun waktu enam tahun terakhir.

Namun, sejumlah komoditi unggulan Kota Bandung mengalami dampak akibat pandemi Covid 19 dikarenakan permintaan pasar yang mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19.

Kasie Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Mikro dan Fasilitasi Dinas KUMKM Kota Bandung, Nuri Nuraeni mengatakan, jumlah usaha mikro berdasarkan data BPS Kota Bandung sebanyak 111.627 atau 75% dari jumlah total kelompok UMKM 147.073. Adapun jumlah UMKM binaan terdaftar pada Dinas KUMKM yakni 6.409.

Nuri membeberkan kendala yang dihadapi pihaknya selama pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung satu tahun terakhir. Mulai dari minimnya modal, hingga kurangnya inovasi produk.

“Minimnya Modal menjadi permasalahan umum para pelaku usaha mikro. Pengelolaan keuangan yang tidak efisien juga menjadi salah satu kemdala usaha mikro sulit untuk berkembang. Kurangnya inovasi produk, belum memaksimalkan pemasaran secara online, tidak memiliki ijin, itu salah satu menjadi penyebab anjloknya omset terutama di masa pandemi saat ini,” ungkapnya kepada Jabar Ekspres, Rabu (24/3).

Sebagaimana dikatakan sebelumnya, pandemi Covid-19 memiliki andil yang besar dalam penurunan omset UMKM. Menurutnya, pelaku usaha di bidang kuliner bahkan menurun hingga 97%.

“Rata-rata mengalami penurunan omset sebesar 65% dari omset sebelum terdampak. UMKM Jenis usaha kuliner seperti makanan ringan kemasan, makanan siap saji, dan minuman ringan mengalami penurunan bervariasi antara 60% sampai 97%. Namun khusus untuk produk madu dan obat-obatan tradisional mengalami kenaikan 100%,” ungkapnya.

Hal serupa juga menimpa jenis UMKM fashion yang menurut Nuri, mengalami penurunan hingga 79%. Menurutnya, jenis usaha fashion yang paling terdampak adalah UMKM yang bergerak di bidang pakaian hal ini disebabkan oleh adanya penurunan order, bahan baku yang susah didapat dan harga yang mahal serta terhambatnya distribusi menggunakan jasa pengiriman.

Meski demikian, lanjutnya, khusus untuk produk konveksi yang mengalihkan sementara produknya ke pembuatan masker kain mengalami kenaikan omset lebih dari 100 persen.

“UMKM yang bergerak di bidang craft secara umum mengalami penurunan omset, rata-rata sebesar 84%. Hal ini terjadi karena berkurangnya permintaan pasar. UMKM yang bergerak di bidang jasa dan perdagangan lainnya mengalami penurunan sebesar 73%,” jelasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan