Bahaya lain yang ditakutkannya adalah, anak-anak menjadi malas makan hingga mengalami gizi buruk, dan banyak yang juga mengalami obesitas karena terlalu sering duduk atau berbaring, bermain ponsel sambil makan dan minum. Anak-anak juga cenderung kehilangan teman, tak cakap bersosialisasi langsung, dan juga mengurangi produktivitasnya.
Bahaya-bahaya inilah yang kemudian mendorong Jawa Barat kian gencar melakukan gerakan literasi, yang dicanangkan secara jangka panjang untuk tahun 2018 hingga 2023.
“Kita memfasilitasi pembangunan gedung perpustakaan Kabupaten Pangandaran, juga banyak perpustakaan kecamatan, desa dan kelurahan. Kita menyediakan juga mobil perpustakaan keliling untuk 27 kabupaten/kota. Gedung perpustakaan disabilitas dan deposit juga dibangun di Gedebage,” rincinya.
Selain itu, Jabar juga memfasilitasi pembentukan perpustakaan di mall, terminal, stasiun, taman, hingga sepanjang jalan aliran Sungai Citarum. Perpustakaan di sekolah dan Ponpes juga diadakan, juga fasilitas gerobak baca, motor baca, becak baca dan perahu baca.
“Kita juga punya Kolecer (Kotak Literasi Warga Cerdas), semacam kotak telfon yang bisa menampung 80 buku. Kolecer ini adalah sumbangan yayasan atau masyarakat, yang ada di 600 titik di Jawa Barat. Kami menyediakan ini dengan harapan masyarakat lebih mudah mengakses buku bacaan,” papar Atalia.
Untuk mengintegrasikan buku bacaan dengan teknologi, Jawa Barat membuat aplikasi Candil (Macadina Digital Library) dengan isi 500 judul buku paling update yang bisa di- copy paste.
“Kita juga bekerjasama dengan Grab Express untuk program Makan Jengkol (mari kita antar jemput buku dengan kolaborasi), dimana saat pandemi kita takut mengunjungi perpustakaan, kita bisa melalui Grab,” katanya.
Selain aktif menyuarakan minat baca untuk masyarakat Jawa Barat dengan festival, membaca dongeng dan menghadiri segala kegiatan yang berhubungan dengan buku, sang Bunda juga aktif menulis buku dengan tema anak-anak.
Sampai hari ini, Atalia sudah menulis empat buku, termasuk Catatan Kecil Tentang Kita, Mia & Ikan Goreng, dan Rendi Sakit Perut yang baru saja dirilis.
“Saya sengaja membuat buku agar memancing Bunda Literasi dari daerah lain juga aktif menulis buku. Jangankan Buda Literasi, bunda-bunda lain di rumah juga bisa menulis buku. Bahkan sekarang banyak anak-anak yang sudah bisa menulis buku. Intinya, gerakan literasi itu mulai dari yang kita bisa lakukan saja,” tutupnya.