Pertama di Kota Depok, Komunitas Ciliwung Diharapkan Jadi Role Model

DEPOK – Bermula dari rasa kepedulian terhadap lingkungan serta adanya kesamaan visi dan tindakan, membuat sekelompok anak muda akhirnya bersepakat untuk membentuk sebuah komunitas peduli lingkungan yang diberi nama: Komunitas Ciliwung Depok.

Salah satu anggota bernama Trisna, sosok yang dituakan di komunitas tersebut membeberkan, cikal bakal lahirnya Komunitas Ciliwung memang cukup panjang.

“Ide awal dibentuknya komunitas ini namanya Pak Taufik. Beliaulah penggagas pertamanya. Beliau wartawan sepuh yang kebetulan di masa pensiunannya terbetik untuk membentuk sebuah komunitas peduli alam. Atas ide itu lahirlah komunitas ini,” ungkap Trisna kepada awak media, Rabu (10/3).

Trisna menceritakan, perjalanan komunitasnya itu sudah cukup lama. Bahkan sebelum dirinya bergabung pada 2014, komunitas itu sudah ada.

“Namun, waktu itu tempatnya bukan di sini (tepi sungai Ciliwung, bawah kolong jembatan Grand Depok City). Dulu belum ada tempat yang tetap jadi masih pindah-pindah,” beber Trisna.

Barulah sekitar 2014, Trisna dan kawan-kawan memanfaatkan area sekitar kolom jembatan GDC untuk tempat basecamp mereka.

“(ide) itupun muncul secara kebetulan, karena tempat ini (basecamp Komunitas Ciliwung) dulunya digunakan anak-anak muda untuk tempat santai dan dalam tanda kutip hal-hal negatif lainnya. Akhirnya kami pun sepakat untuk mengubah tempat ini menjadi basecamp kami,” tutur Trisna.

Dalam perkembangannya, komunitas yang tadinya hanya beranggotakan beberapa orang, tiba-tiba jumlahnya jadi banyak bahkan mencapai ratusan.

“Tadinya kami hanya berapa orang saja, namum lambat laun jumlahnya terus bertambah seiring banyaknya relawan-relawan baru yang ikut bergabung,” kisah Trisna.

Seiring bertambahnya anggota baru, Trisna bersama kawan-kawannya pun akhirnya memikirkan untuk terus memperbaiki basecamp yang saat ini ditempati.

Dari kejauhan, basecamp Komunitas Ciliwung ini tampak berwarna-warni dihiasi sejumlah ornamen artistik beserta lukisan-lukisan (mural) yang terpampang di setiap dinding kolom jembatan itu.

Tak hanya itu, basecamp juga dilengkapi dengan sejumlah fasilitas berupa bangunan Mushola, toilet, cafe hingga aneka rekreasi dan tempat santai lainnya.

Menurut Trisna, semua hiasan dan fasilitas itu sengaja dihadirkan untuk mengubah mindset publik yang selama ini mempersepsikan kolom jembatan sebagai sesuatu yang jorok dan negatif.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan