Persib Menatap Liga dengan Kekuatan Koneksi Belanda

Oleh : Ade Priangani

Bobotoh Persib dan Dosen FISIP UNPAS

 

 

Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia beserta PT Liga Indonesia Baru di tahun 2021 ini berencana menggulirkan kembali hiburan rakyat dalam bentuk kompetisi sepakbola di tanah air, setelah vakum lebih dari satu musim kompetisi akibat pandemi Covid-19 yang melanda dunia.

Meski musim ini kompetisi tanpa dihadiri penonton, namun kegairahan terpancar dari para pelaku sepakbola, sebab bagaimanapun, sepakbola telah menjadi magnet, bahkan menjadi “agama” kedua bagi sebagian kalangan.

Pihak kepolisian telah memberikan lampu hijau asalkan mengikuti protokol kesehatan dan tanpa penonton, dan sebagai ujicoba PSSI dan Kemenpora akan menyelenggarakan turnamen pra-musim bertajuk Piala Menpora.

Kalau semua kalangan berhasil menahan diri tidak menciptakan kerumunan dan menjadi media penyebaran virus Covid-19, maka kompetisi akan berlanjut di sekitaran bulan Juni, namun sebaliknya apabila tidak mampu mengendalikan hal tersebut, terutama suporter, maka alhasil Liga niscaya hanya akan menjadi sebuah angan.

Dalam menyongsong bergulirnya kembali kompetisi, setiap klub berada dalam kondisi euforia, dan bersemangat untuk membangun dan menghidupkan kembali mesin klub agar bisa bersaing memperebutkan gelar juara, tak terkecuali klub kebanggaan masyarakat Jawa Barat, Persib Bandung. Persib diyakini memiliki semangat berlipat untuk melampiaskan kekecewaan musim lalu, ketika sedang memimpin dengan hasil sempurna, tiba-tiba kompetisi berhenti akibat kedatangan Covid-19 ke tanah air.

Geliat telah ditunjukkan dengan kembali melakukan latihan pada 1 Maret 2021. Namun ditengah persiapan menjelang kompetisi, Persib ditinggalkan tidak kurang dari tujuh pilar musim lalu, dengan berbagai alasan: Fabiano Beltrame dan Zulham Zamrun, tidak diperpanjang kontraknya, Omid Nazari, Beni Oktovianto, Gozali Siregar, Kim Jefrey Kurniawan, mengundurkan diri, dan Geoffrey Castillion, yang dipinjamkan ke klub seri C, Italia.

Tentu saja, kehilangan mereka akan meninggalkan lubang dalam puzzle Persib, dan untuk menstabilkannya perlu dicari pemain yang tepat untuk menggantikan pemain yang hilang.

Untuk lini belakang, relatif tidak terlalu terpengaruh, karena kemudian si anak hilang Ahmad Juprianto, kembali setelah habis masa peminjaman dari Bhayangkara FC, yang kemudian berubah nama menjadi Bhayangkara Solo FC, seiring kepindahannya ke kota Solo.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan