Jelang Peringatan ke-66 Konferensi Asia Afrika, MKAA Bakal Ajak Masyarakat Mengulang Sejarah KAA

BANDUNG – Konferensi Asia Frika (KAA) adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan.

Adapun pada saat itu yang menjadi penyelenggara KAA diantaranya Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India, Pakistan, dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario.

Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerja sama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika sekaligus melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.

Tahun ini, menjelang peringatan ke-66 tahun digelarnya KAA, Museum Konferensi Asia Afrika (MKAA) bakal mengadakan program unggulan dalam peringatan tersebut.

Dahlia selaku Kepala Museum Asia Afrika mengatakan, Museum KAA telah mematangkan persiapan pelaksanaan delapan program unggulan.

Semua dalam rangkaian kegiatan peringatan KAA dengan tujuan menghidupkan kembali semangat ‘Kemanusiaan dan Solidaritas’ dari Dasa Sila Bandung yang lahir dalam peristiwa Konferensi Asia Afrika 1955.

“Selama sebulan di sekeliling kompleks Museum KAA – Gedung Merdeka akan berkibar 109 Bendera Negara-negara Peserta KAA. Museum KAA juga menggalang pesan ‘Kemanusiaan dan Solidaritas’ dari masyarakat di seluruh dunia. Pesan berupa surat pendek atau video pendek yang dikirimkan melalui surel yang disediakan khusus,” jelasnya saat diwawancarai dalam acara Media Engagement: MKAA Menyapa. (05/03)

Kemanusiaan dan Solidaritas jadi tema utama Peringatan 66 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Museum KAA tahun ini. Pasalnya, KAA kali ini diperingati dalam keadaan prihatin akibat pandemi global yang melanda seluruh negara di dunia.

Dalam keadaan itu, persamaan nasib yang 66 tahun silam telah melahirkan persatuan tindakan dan rasa antar bangsa Asia Afrika kembali menemukan relevansinya saat ini.

Persatuan itu diharapkan tetap menjadi semangat kerja sama, kemanusiaan, dan solidaritas antar bangsa kini untuk saling bergotong royong dalam menghadapi pandemi global COVID-19. Menurut Dahlia, pada peringatan tahun ini, akan ada acara peluncuran buku dan film.

“Pertama, peluncuran buku braille dan buku bicara The Bandung Connection karya Sekretaris Jenderal KAA Roeslan Abdulgani. Ini wujud nyata Museum KAA memberikan ruang bagi masyarakat penyandang disabilitas untuk ikut memiliki Museum KAA, dan dapat dengan mudah mengakses referensi sejarah tentang KAA,” ucapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan