Pembelajaran Tatap Muka Akan Dimulai Juli, Komisioner KPAI Tekankan Prokes Ketat untuk Sekolah

JAKARTA – Pemerintah diminta tetap berhati-hati dan mempertimbangkan secara matang jika memutuskan untuk melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) pada Juli 2021 seusai vaksinasi terhadap guru selesai dilakukan.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti mengatakan, jika pemerintah ingin menggelar PTM pada Juli mendatang, maka harus dipastikan semua sekolah menjalaninya dengan prokes ketat.

“Jika PTM mau digelar Juli mendatang, pemerintah pusat dan pemerintah daerah tetap harus memastikan penyiapan PTM pada Juli 2021 secara ketat,” kata Retno di Jakarta, Jumat (26/2/2021).

Menurut Retno, sebelum PTM dimulai, pemerintah harus memastikan sekolah sudah menyiapkan infrastruktur dan protokol kesehatan atau standar operasional prosedur (SOP) adaptasi kebiasaan baru (AKB) di satuan pendidikan demi melindungi warga sekolah, terutama peserta didik, mengingat vaksin Covid-19 untuk anak-anak belum tersedia.

“Pastikan 5 siap, yaitu siap daerahnya, siap sekolahnya, siap gurunya, siap orangtuanya, dan siap anaknya. Jika salah satu tidak siap, maka tunda buka sekolah tatap muka karena akan berpotensi menjadikan sekolah sebagai kluster baru,” tuturnya.

Dengan begitu, kat Retno, pihaknya juga mendorong pemerintah untuk merancang pengujian vaksin untuk usia anak agar herd immunity atau kekebalan kelompok terwujud.

“Pasalnya, herd immunity sulit terwujud jika hanya pendidik dan tenaga kependidikan yang divaksinasi. Vaksin dimasukan ke tubuh untuk membantu sistem imun mempelajari virus dan melawannya tanpa harus sakit,” ujarnya.

Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda mendukung target Presiden Jokowi untuk membuka pembelajaran tatap muka di sekolah pada Juli mendatang. Karena itu, ia mendorong agar vaksinasi bagi lima juta tenaga pendidik harus segera dituntaskan.

“Kami menilai target Presiden Jokowi untuk membuka sekolah dan mengadakan pembelajaran tatap muka Juli mendatang harus didukung. Dengan demikian ancaman loss learning bagi anak-anak kita bisa diminimalkan,” kata Huda.

Huda juga menjelaskan, pembelajaran jarak jauh sebagai alternatif pola belajar selama pandemi Covid-19 banyak dikeluhkan siswa, guru, maupun orang tua siswa.

“Berbagai kendala mulai dari keterbatasan kuota, minimnya gadget, hingga tidak meratanya akses internet membuat proses pembelajaran jarak jauh tidak berjalan maksimal,” terangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan