Pemkot Cimahi Kesulitan Tambah RTH

CIMAHI – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi mengaku kesulitan untuk memenuhi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Cimahi sebesar 20 persen sesuai arahan yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Berdasarkan data DLH Kota Cimahi, jumlah RTH eksisting di Kota Cimahi hanya sekitar 24 Hektare (Ha), dari total sekitar 40 kilometer lebih luas wilayah Kota Cimahi yang terdiri dari taman, hutan kota, pemakaman, dan Prasarana Sarana dan Utilitas (PSU) perumahan.

“Kita perhitungannya yang eksisting saja itu baru sekitar 24 Ha,” kata Kepala Bidang Tata Lingkungan pada DLH Kota Cimahi, Dyah Ajuni Lukitosari, Rabu (17/2).

Meskipun sulit, pihaknya akan berusaha untuk memenuhi target hingga 20 persen RTH di Kota Cimahi. Upaya yang bakal dilakukan seperti mempercepat penyerahan PSU perumahan dari developer.

Kemudian melanjutkan penanaman pohon di aset lahan milik pemerintah. Tahun ini pihaknya menargetkan bisa melakukan penanaman hingga 5.000 bibit pohon untuk menambah RTH di Kota Cimahi.

“Kita juga memberikan bantuan ke masyarakat berupa pohon untuk ditanam,” ujarnya.

Kepala Berdasarkan data Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Cimahi, Huzein Racmhadi mengakui, memang saat ini RTH di Kota Cimahi masih minim. Bahkan, jauh dari yang disyaratkan dalam undang-undang.

”Persentase RTH di Cimahi masih jauh dari ketentuan seharusnya kota/kabupaten memiliki luas minimal RTH 30 persen. Rinciannya, 20 persen RTH publik dan 10 persen RTH privat,” kata Huzein.

Menurutnya, saat ini RTH yang tersisa kebanyakan berada di wilayah Cipageran dan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara. Kemudian di sepanjang aliran sungai dari wilayah Utara, Tengah hingga Selatan Kota Cimahi.

”Minimnya RTH terjadi sejak 2001 atau sejak Cimahi jadi kota administratif. Wilayah Kota Cimahi lebih didominasi oleh hunian, area militer, perkantoran dan area waralaba,” ujarnya.

Dijelaskannya, minimnya RTH juga terjadi karena adanya alih fungsi lahan yang banyak dilakukan masyarakat. Terlebih saat ini, adanya pembebasan lahan untuk proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung juga sangat berpengaruh dan yang paling menonjol adalah pembangunan perumahan di Kampung Adat Cireundeu. (ferry)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan