Petani Milenial Akan Diajari Bercocok Tanam Sereh Wangi dan Jahe Merah

Oleh karena itu, jika ingin dijadikan sebagai bisnis besar, ia menilai perlu adanya persiapan pengetahuan teori dan praktik. Sistem irigasi saat musim hujan dan sumber air saat musim kemarau. Jangan sampai tanah terlalu lembab atau sebaliknya.

Petani milenial yang dinilai Arief identik dengan teknologi, disarankan bisa menggunakan teknik penyiraman precision agriculture dengan menggunakan drone atau bisa juga menggunakan teknik drip irigation.

“Jadi kalau tidak ada tenaga untuk penyiram itu bisa digunakan. Tentu semua diadopsi secara wajar dan ekonomis masih menguntungkan. Kalau seorang petani atau insinyur petani bisa merekayasa saat musim kering dengan penyiraman. Terlalu panas pake aja sprayer,” ujarnya.

Adapun khasiatnya, kata Arief, jenis rimpang ini kaya khasiat untuk kesehatan. Di dalamnya terdapat antioksidan, menghindari stress, dan aromatik. “Apalagi sedang covid supaya antibodinya bagus salah satunya dari unsur jahe dan sereh,” katanya.

Bicara mengenai potensi, saat ini petani milenial diharapkan dapat membawa perubahan budaya petani tua. Menurutnya, petani milenial harus menanamkan dalam dirinya akan terus belajar meskipun mengalami kegagalan saat melakukan proses bercocok tanam.

“Sangat berpotensi apalagi didanai pemerintah lewat teknologi dan bisa memakai daerah-daerah yang belum ditanami atau daerah marginal tapi secara potensi bisa ditanami. Gagal jadi masukan kalau bukan pembelajar cuma ingin enaknya saja ya jangan jadi petani,” kata Arief.

“Karena petani itu butuh effort (usaha) yang kuat dan tidak kenal lelah, lebih bagus lagi kalau itu hobi. Langsung ke pasar, harganya bisa naik. Hindari tengkulak, harus melek informasi harga sekarang sehingga dia tidak bisa dibohongi,” tandasnya. (erw/yan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan