CIMAHI – Di tengah wabah Covid-19, masyarakat tetap diminta waspada terhadap bahaya Demam Berdarah Dangue (DBD). Apalagi saat ini musim hujan yang bisa memicu perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Cimahi, sepanjang tahun 2020 jumlah kasus DBD mencapai 428 orang. Empat di antaranya meninggal dunia akibat virus dangue yang bersumber dari gigitan nyamuk itu.
“Dari total kasus itu, paling banyak bulan Januari. Ada 68 kasus,” kata Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Menular pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi, Romi Abdurahkman, melalui staffnya Eka Febriana saat dihubungi, Minggu (31/1).
Masyarakat diminta waspada sebab DBD sulit untuk diprediksi. Apalagi, Kota Cimahi merupakan daerah endemis DBD, yang artinya selalu ada temuan setiap tahunnya. “Jadi memang Cimahi ini setiap tahunnya selalu ada kasus DBD, jadi kita endemis,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi penyebaran DBD, masyarakat tetap harus menjalankan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, yang bertugas untuk melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di rumahnya masing-masing.
Jentik nyamuk biasanya berkembangbiak dalam genangan-genangan air. Menurutnya, jika masyarakat menjalankan PSN di rumahnya masing-masing, misalnya tidak membiarkan adanya genangan air, kasus DBD pun bisa dicegah.
“Bukan cuma rumah, tapi juga di halaman sekitar rumah. Soalnya saat ini kalau bukan kita sendiri (melakukan PSN), enggak akan ada yang meriksa. Jadi periksa jentik di rumah sendiri,” imbuhnya.
Jentik nyamuk biasanya berkembangbiak dalam genangan-genangan air. Menurutnya, jika masyarakat menjalankan PSN di rumahnya masing-masing, seperti tidak membiarkan adanya genangan air, kasus DBD pun bisa dicegah.
Untuk fogging, akan tetap dilakukan berdasarkan hasil verifikasi petugas Puskesmas di lapangan. Selain itu, kata dia, tahun ini pihaknya membagikan larvasida serbuk dan cair di wilayah yang terdapat kasus DBD. Fungsinya, untuk memberantas nyamuk yang menularkan DBD.
Berikut Rincian Kasus DBD di Kota Cimahi Sepanjang Tahun 2020:
Total terdapat 428 kasus dengan 4 meninggal
1. Januari 68 kasus
2. Februari 66 kasus
3. Maret 49 kasus
4. April 50 kasus
5. Mei 44 kasus, 1 orang meninggal
6. Juni 53 kasus, 2 orang meninggal
7. Juli 31 kasus
8. Agustus 28 kasus
9. September 13 kasus
10. Oktober 7 kasus, 1 orang meninggal