Warga Jawa di Papua Galang Dana Peduli Korban Longsor Cimanggung

SUMEDANG – Aksi solidaritas warga kepada korban banjir dan longsor di Jatinangor dan Cimanggung, tidak hanya datang dari pulau Jawa, melainkan datang juga dari Kabupaten Mimika Provinsi Papua. Masyarakat Pulau Jawa yang tinggal di Papua pun turut mendonasikan sebagian hartanya bagi korban banjir dan longsor.

Masyarakat Jawa yang tinggal di Papua yang tergabung dalam Paguyuban Pasundan Kabupaten Mimika Papua dan Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu (KKJB), memberikan santunan berupa uang tunai senilai Rp 50 juta rupiah untuk korban meninggal akibat longsor di Dusun Bojongkondang ,Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung pada Sabtu, (30/1) .

Wakil Ketua Pengurus Cabang (PC) Paguyuban Pasundan Mimika Papua, Asep Saepudin mengatakan bantuan itu hasil open donasi di Papua oleh masyarakat pulau Jawa yang merantau di Papua. Dana yang terkumpul sebesar Rp120 juta-an yang dibagi ke dua lokasi berbeda, Rp 50 juta ke Korban Longsor Sumedang dan sisanya Rp70 Juta ke korban banjir bandang di Kalimantan Selatan.

“Untuk santunan kepada korban meninggal itu Rp500 ribu untuk 40 korban meninggal dunia di Cihanjuang. Sisanya kita belikan sembako dengan salah satu grosir di Sumedang untuk dibagikan ke korban luka dan korban banjir di Desa Mekargalih Kecamatan Jatinangor dan Desa Sukadana, Sawahdadap Kecamatan Cimanggung,” katanya.

Meskipun tak seberapa, lanjut Asep, ia berharap bantuan mereka setidaknya bisa meringankan beban keluarga korban longsor dan banjir di dua kecamatan. Berdasarkan penuturan Asep, dana tersebut terkumpul dari 800 warga Pasundan di Mimika Papua yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu.

“Nah Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu (KKJB) ini melakukan open donasi bersama Paguyuban Pasundan Kabupaten Mimika Papua, kemudian disalurkan ke Sumedang dan Kalsel. Alhamdulilah, meskipun baru donasi 3 hari, namun dana terkumpul cukup banyak,” katanya.

Menurut Asep yang sudah tinggal selama 35 tahun di Papua ini, mayoritas warga Jawa di Papua bekerja sebagai buruh tani. Mereka bekerja di lahan perkebunan milik pemerintah yang disebut Hak Guna Usaha (HGU). Pria kelahiran Cianjur Jawa Barat itu merasa tergugah kepada saudara di Sumedang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan