JAKARTA – Penurunan harga ayam yang cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir ini membuat peternak dibikin pusing. Bayangkan saja, jika biasanya harga telur ayam di tingkat peternak secara nasional di kisaran Rp24 ribu hingga Rp25 ribu per kilogram (kg), kini hanya Rp16 ribu sampai Rp17 ribu per kg.
Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional Ki Musbar Mesdi mengatakan, penurunan harga telur ayam di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah yakni sebesar Rp19 ribu hingga Rp21 ribu per kg.
HET tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 7 Tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen. “Kalau harga telur ayam Rp16 ribu, kita rugi Rp3 ribu per kg,’’ katanya, kemarin (28/1), dilansir dari fin.co.id.
Dikatakan, penyebab harga telur ayam anjlok di tingkat peternak lantaran berbagai pemberlakukan kebijakan pembatasan sosial yang dilakukan berulang-ulang selama pandemic Covid-19 berlangsung. Kondisi itu membuat aktivitas konsumen menjadi terbatas, sehingga daya beli masyarakat belum kembali normal.
“Seperti sekarang ini, PPKM diperpanjang hingga 8 Februari. Ini kan otomatif ibu-ibu yang ke pasar menjadi terbatas. Jadinya, daya belum terus tertekan,’’ ucapnya.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, memasuki Januari 2021, harga telur terus turun, dan terendah pada 19 Januari 2021 di harga Rp26.600 per kg.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Hidayat Rahman mengatakan, penurunan harga telur ayam telah berlangsung selama dua bulan terakhir.
“Jadi harga (telur) dari Rp23 ribu hingga Rp22 ribu per kg kemudian dua bulan lalu turun terus dan menyentuh Rp16 ribu dalam sepekan ini. Sebelumnya Rp17 ribu hingga Rp18 ribu per kg,” katanya.
Menurut Hidayat, harga telur ayam ini turun berkebalikan dengan biaya produksi, salah satunya harga kedelai melonjak. Bungkil kedelai merupakan sumber protein untuk ternak. “Dengan harga kedelai internasional ini naiknya nggak ketulung lagi, otomatis harga bahan dasar kita naik,” tuturnya.
Terpisah, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Syailendra mengatakan, sampai saat ini pihaknya masih berkoordinasi untuk melihat kembali harga acuan bahan pokok.