BANDUNG – Ahli Bidang Longsoran Tanah dan Geologi Teknik Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Imam Achmad Sadisun menyebutkan lokasi yang menjadi titik longsor di Desa Cihanjuang-Cimanggung dikhawatirkan berpotensi terjadi longsor susulan.
Menurutnya, berdasarkan hasil tinjauannya ke lokasi bersama tim KK Geologi Terapan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) menemukan retakaan lain dengan jarak 7 meter dari lokasi kejadian dibagian atas lereng dekat ke jalan.
“Kita melihat longsoran susulan ini belum berhenti. Tim ITB ke sana retakan itu ternyata masih ada sampai ke jalan di perumahan yang ada di atas dan paling jauh jaraknya 7 meter. Nah ini suatu saat bisa jadi meluncur lagi (longsor)” ucap Dr. Imam di Bandung, Kamis (14/11).
Dr. Imam mengatakan, longsor yang terjadi di Cimanggung tidak hanya sekali terjadi. Setidaknya ada empat kali kejadian longsoran menurut banyak saksi mata di lokasi tersebut.
“Dari berbagai dokumentasi foto dan video, dapat diamati dengan jelas bahwa longsoran susulan cenderung berkembang menuju arah gawir utama atau mahkotanya,” katanya.
Menurutnya, jika melihat peta geologi di daerah tersebut, lokasi tempat terjadinya longsor itu masuk zona merah dan kuning. Artinya memiliki potensi longsor yang tinggi dan sangat tinggi.
“Sehingga untuk perumahan dan pemukiman peruntukkannya sangat terbatas,” ujarnya.
Kendati demikian, ia pun menyarankan agar pihak terkait selalu memperhatikan UU Penataan Ruang dan Lahan di kawasan yang berpotensi longsor.
Ia menjelaskan, longsoran yang terjadi bukanlah jenis longsoran biasa, melainkan bisa dikatakan sebagai longsoran kompleks. Kejadian di Sumedang ini menurutnya terjadi karena proses gelinciran (sliding) pada bagian atas hingga proses aliran (flowing) di bagian tengah dan bawah sistem longsoran.
“Kejadian longsoran yang diikuti oleh proses aliran lumpur atau bahkan aliran bahan rombakan umumnya menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan,” katanya.
Berdasarkan pengamatan dan analisisnya, area longsoran Cimanggung ini berawal dari bagian tengah sistem lereng yang ada.
“Tempat inilah awal terganggunya kesetimbangan atau kestabilan lerengnya ditambah dengan terjadinya hujan lebat,” hematnya.
Selain itu, ucap dia, di area tersebut lahannya sudah banyak dibuka untuk area perumahan, baik pada bagian atas lereng, tengah hingga pada bagian bawahnya.