Epidemiolog: Herd Immunity Butuh Waktu Lebih dari Satu Tahun

BANDUNG  – Epidemiolog memastikan vaksin dapat mengurangi angka kesakitan atau kematian akibat COVID-19 dalam waktu cepat. Namun untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity), menurut Epidemiolog Universitas Padjadjaran dr Panji Fortuna Hadisoemarto, dibutuhkan waktu lebih dari satu tahun.

 

“Yang pasti, paling cepat, adalah vaksin dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian,” kata dr Panji Fortuna Hadisoemarto, Rabu, (13/1).

 

Panji menuturkan pendapatnya tersebut telah diutarakan oleh dirinya saat menjadi narasumber dalam Rakor Sub Divisi Komunikasi Publik Satgas Penanganan COVID-19 se-Jawa Barat secara virtual dari Kota Bandung.

 

Dengan angka kesakitan yang berkurang, diharapkan tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan dan rumah sakit darurat tetap terjaga di level aman. Saat ini tingkat keterisian tempat tidur di kabupaten/kota sudah di atas 80 persen atau dalam level kritis.

 

“Jika angka kesakitan berkurang, pasien yang dirawat pun berkurang sehingga BOR (bed occupancy rate) tidak akan pernah penuh,” katanya.

 

Menurut Panji, ada pandangan keliru di masyarakat bahwa vaksin dapat membentuk kekebalan kelompok dalam waktu cepat. Lebih keliru lagi, vaksin disamakan dengan obat yang dapat menyembuhkan penyakit COVID-19. “Kekebalan kelompok paling tidak butuh waktu setahun dari sekarang karena harus mencakup 70 persen penduduk,” ujarnya.

 

Ia melanjutkan, kekebalan kelompok atau herd immunity tergantung dari tiga keadaan. Pertama, seberapa tinggi penularan setelah vaksinasi. “Vaksin dapat mencegah sakit tapi tidak mencegah penularan. Kalau penularan (masif) terjadi, herd immunity tidak akan terjadi,” ungkapnya.

 

BPOM menyatakan efikasi vaksin Sinovac 65,3 persen. Menurut Panji, efikasi beda dengan efektivitas karena efikasi diukur pada tingkat uji klinis. Dalam kenyataannya, jika seseorang punya penyakit penyerta (komorbid) sangat mungkin efikasi 65,3 persen tidak tercapai.

 

“Mungkin lebih rendah, tidak mungkin lebih tinggi. Tapi yang diharapkan tidak akan menurun terlalu jauh,” katanya.

 

Keadaan kedua, seberapa lama perlindungan yang diberikan vaksin. Vaksin Sinovac yang akan disuntikkan di Jabar mulai Kamis (14/1), harus diinjeksi ke satu orang dengan dua dosis atau dua kali penyuntikan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan