SUMEDANG – Akses jalan keluar masuk wilayah Cipondoh tersebut, kondisinya sangat memprihatinkan karena masih berlapis tanah.
Sehingga, pada musim hujan kondisinya sulit dilintasi warga. Sebab pada badan jalan tersebut berubah menjadi kubangan lumpur yang licin.
Tokoh masyarakat Cipondoh, Wawan Suntiawan menyatakan, keprihatinan warga sangat beralasan. Pasalnya dengan kondisi jalan hanya berlapis tanah, mobilitas warga sangat terhambat. Terutama pada musim hujan.
”Kalau pada musim hujan jangankan bawa kendaraan, jalan kaki pun kami kesulitan. Karena jalan jadi lumpur. Dan memang tidak ada jalan lain untuk keluar masuk ke wilayah kami selain jalan itu,” ujar Wawan, kemarin.
Wawan juga mengatakan, wilayah Cipondoh, merupakan pemukiman
pati eks warga genangan Jatigede dari 5 tahun yang lalu.baru yang dibuka dan ditem
Untuk masuk ke wilayah Cipondoh, harus melewati jalan berlapis tanah sepanjang 1 kilometer. Jalan itu, terbentang dari Blok Barukasur Desa Sirnasari dan Blok Cipondoh Desa Pawenang.
”Status jalan memang belum jelas apa masuk jalan desa atau masuk jalan PU (Kabupaten). Yang jelas belum ada tindak lanjut atau rencana kapan jalan ke wilayah kami diperbaiki,” terangnya.
Hanya saja, tambah Wawan, warga sangat kecewa. Pasalnya pemerintah daerah yang saat itu di jabat Bupati Eka Setiawan pernah berjanji akan membangun akses jalan ke Cipondoh tersebut. Namun hingga berganti bupati, kondisinya jalan masih memprihatinkan.
”Wajar kalau warga mempertanyakan kapan jalan akan diperbaiki, karena dulu saat bupati Eka Setiawan pernah datang ke Cipondoh dan akan memperbaiki jalan. Tapi nyatanya ingkar janji. Pemerintah daerah sekarang pun belum ada perhatian,” paparnya.
Ia mengungkapkan, tiap musim hujan, warga Cipondoh yang memiliki kendaraan terpaksa menitipkan kendaraannya di dusun sebelah. Karena jika dipaksakan melintas kerap mogok dan terpeleset.
”Ya kalau selagi musim hujan banyak juga yang kecelakaan karena jalan licin dan lapisan tanahnya tebal sehingga sulit bagi kendaraan untuk lewat,” katanya.
Sementara itu, tokoh masyarakat lainnya, Teten Sutendi menyebutkan, warga pernah berupaya dengan swadaya melakukan pengerasan jalan dengan timbunan batu. Namun upaya itu belum bisa maksimal karena keterbatasan ekonomi warga.