Polisi Pantau Jalur Rawan Longsor, RPBL Dirikan Posko Bencana

LEMBANG – Menghadapi libur panjang Natal dan Tahun Baru, jajaran Satlantas Polres Cimahi mulai melakukan pengecekan jalur ke kawasan wisata Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Salah satu jalur yang dicek yakni Jalan Kolonel Masturi yang merupakan rute alternatif menuju Lembang dari Cimahi maupun Padalarang. Pihak kepolisian meminta wisatawan berhati-hati saat melalui jalan tersebut.

Penyebabnya karena jalan dengan kontur menurun dan menanjak curam serta berkelok itu rawan longsor. Saat ini kondisi permukaan jalan yang mengalami penurunan dan retak-retak mencapai 100 meter.

“Jalur dari Cimahi maupun Bandung Barat, tepatnya di Alam Sejuk Jalan Kolonel Masturi ini pernah terjadi longsor sehingga kami antisipasi memasang traffic cone juga imbauan bagi pengguna kendaraan,” ungkap Kasatlantas Polres Cimahi AKP Susanti Samaniah saat ditemui di Lembang, Minggu (20/12).

Tak hanya itu, rute tersebut juga rawan terjadi kecelakaan terutama untuk kendaraan besar seperti bus dan truk sehingga tidak diperbolehkan melintasi jalur tersebut.

“Apabila ada kendaraan besar memaksa melewati jalur ini akan kami imbau agar memutar dan diarahkan melewati jalur arteri saja,” tuturnya.

Sebagai langkah antisipasi, masyarakat yang tergabung dalam Relawan Peduli Bencana Lembang (RPBL) juga turut mendirikan posko di ruas Jalan Kolonel Masturi.

“Untuk antisipasi, RPBL dengan BPBD KBB rutin memantau pergerakan tanah di Jalan Kolonel Masturi ini. Tahun 2016 itu kejadian longsor di sini, ada 4 orang korban jiwa,” ungkap Dadang Kurnia (41), Koordinator Lapangan RPBL.

Saat ini, kondisi jalan kian menurun yang bisa memicu longsor kapan pun. Beruntung, masih ada tanaman bambu yang menahan tanah di pinggir tebing sehingga tidak longsor.

“Kondisi muka jalan memang sudah menurun. Kalau hujan lebih rawan lagi karena sudah sering ada longsoran kecil dan pohon tumbang. Makanya kita inisiatif bangun posko buat jaga, khawatir tiba-tiba longsor,” katanya.

Relawan yang berjaga di posko selama 24 jam setiap harinya selalu bergantian. Setiap shift selama 8 jam ada lima hingga enam orang yang berjaga.

“Ini bentuk kepedulian kita sebagai masyarakat saja pada sesama dan lingkungan. Sebetulnya kita butuh marka tanda bahaya rawan longsor, traffic cone sebagai pembatas agar kendaraan tidak terlalu minggir juga,” terangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan