BANDUNG – Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna mengungkapkan, strategi manajemen pembangunan melalui kolaborasi diperlukan untuk mengatasi kemacetan di sebuah perkotaan. Pasalnya, menurut Ema, banyak faktor yang menjadi penyebab kemacetan.
Ema mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung tidak bisa bekerja sendiri. Sehingga dalam pengimplementasiannya, unsur pemerintah dan masyarakat harus saling bersinergi.
“Permasalahan kemacetan di Kota Bandung sangat banyak, seperti parkir liar, PKL dan terminal bayangan, harusnya kita sama-sama bersinergi untuk menciptakan keindahan kota,” ujar Ema di Kota Bandung, Selasa (1/12).
Menurutnya, infrastruktur menjadi salah satu faktor penting dalam menciptakan keindahan kota. Sehingga, infrastruktur yang terlihat setiap hari, seperti jalan, trotoar, dan sungai di Kota Bandung harus dipastikan kondisinya.
“Kalau berbicara jalan, apa yang saat ini sudah dijalankan. Karena di 2020 ini banyak anggaran yang dipangkas untuk refocusing penanganan kesehatan. Tapi tahun ini Alhamdulilah kita mendapat kebijakan bantuan dari Gubernur Jawa Barat yaitu flyover di jalan Jakarta-Supratman,” jelasnya.
Kendati demikian, kata Ema, dua flyover yang sudah dibangun di Kota Bandung jangan sampai menimbulkan permasalahan baru. Karena itu, diperlukan regulasi yang mengaturnya agar menjadi manfaat bagi masyarakat.
“Nanti bagaimana dari Dishub (Dinas Perhubungan) yang akan mengaturnya,” kata Ema.
Berbicara mengenai kota yang ingin dicintai, diidam-idamkan, atau memiliki daya tarik pengunjung, kata Ema, maka harus bisa menghadirkan bagaimana kota tersebut disukai untuk dikunjungi, ditinggali, dan memiliki daya tarik untuk berinvestasi.
“Kalau tiga hal ini sudah dihadirkan, saya pikir itu sudah menjadi keunggulan kota,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung, Didi Ruswandi mengungkapkan, pelebaran ruas jalan bukan merupakan solusi untuk mengurai kemacetan. Tapi cara tersebut tidak lagi relevan
“Pendekatan zaman dulu kalau macet, oh jalannya dilebarkan tapi itu sudah cara yang kuno. Karena ketika kita melakukan pelebaran jalan maka polusi akan semakin bertambah, kemudian cadangan minyak akan semakin menipis,” jelasnya.
“Namun sekarang kita harus bergeser kepada manajemen demand transportasi (pengaplikasian peraturan-peraturan dan strategi untuk meminimalisir kebutuhan akan kendaraan pribadi),” ungkapnya.