Dengan Patimban City, lanjut Kang Emil, kawasan Patimban tidak hanya akan berfungsi sebagi pelabuhan, tetapi juga melingkupi aspek live, work, and play (tinggal, bekerja, dan bermain).
“Kita tidak bisa fokus hanya kepada satu fungsi, yaitu port saja. Semua pelabuhan-pelabuhan yang baik selalu punya tiga aspek, yaitu live, work, and play, bukan hanya work. Kalau kita hanya fokus pada bidang work atau bidang pekerjaan, biasanya mengabaikan sistem kehidupan perkotaan,” kata Kang Emil.
Selain itu, untuk menjaga fungsi perkotaan secara optimal, Kang Emil juga menjelaskan bahwa Patimban City maksimal hanya diisi oleh satu juta penduduk.
“Satu hal yang saya yakini bahwa mendesain sebuah kawasan itu tidak hanya berdasarkan jumlah hektare (kawasan) tapi berdasarkan jumlah populasi,” kata Kang Emil.
“Nanti satu juta manusia ini saya terjemahkan menjadi berapa meter kantor, sekolah, hunian, kapasitas, dan lain-lain, sehingga batas-batasnya itu ilmiah menjadi suatu gambaran,” ujarnya.
Usulan Patimban City menjadi PSN pun disambut baik oleh Menhub RI Budi Karya Sumadi. Dalam rapat tersebut, Menhub mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto.
“Saya setuju Kota Patimban ini sebagai PSN, biar kita bisa mendapatkan banyak fasilitas dari pemerintah pusat. Nanti saya akan koordinasikan kepada Menko Perekonomian dan nanti mungkin kita akan membuat proposal yang Pak Gubernur (Jabar) bersama saya tandatangani,” kata Budi. (hum)