BANDUNG – Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil akan menutup tempat pariwisata di Jabar jika mendapati adanya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Khususnya di akhir pekan penghujung bulan Oktober nanti.
Ia pun meminta para pengelola tempat wisata di Jawa Barat untuk memegang komitmen yang sudah ada dan harus memastikan kapasitas tempat wisatanya sesuai aturan.
“Kalau pusat pariwisata jabar sudah kita tekankan untuk komit. Pokoknya harus pastikan setengah kapasitas, kalau engga akan kita tutup,” kata Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, dalam sesi tanya jawab bersama awak media, di Makodam III Siliwangi, Senin (19/10).
Bagi pengunjung yang akan berkunjung ke tempat wisata yang ada di Jawa Barat, Emil meminta agar selalu mematuhi peraturan dengan memakai masker.
“Jadi sambil menunggu vaksin, gunakan vaksin yang ada. Vaksin yang ada adalah menggunakan masker, dan lockdown terbaik yaitu pakai masker,” ujarnya.
“Saya kira itu saja, nanti kita buktikan hasilnya apakah dengan kedisiplinan ini hasinya tidak separah dengan long weekend Idul Adha,” lanjutnya.
Dengan adanya vaksin sementara bagi masyarakat yakni masker, Emil pun tak mengharuskan bagi warga yang hendak berlibur ke Jawa Barat untuk melakukan swab test untuk masuk ke destinasi di Jabar.
“Saya kira swab itu mahal ya kalau mandiri. Jadi kita ga mewajibkan,” cetusnya.
Belajar dari libur panjang Iduladha lalu, sambung dia, tercatat ada kenaikan jumlah kasus di Jawa Barat. Menurutnya pihaknya akan mengantisipasi kejadian yang sama dengan menyiapkan materi edukasi.
“Pada dasarnya selama disiplin 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) bisa terkendali, yang masalah itu berkerumun tanpa 3M,” hematnya
Pihaknya juga mengaku sudah berkoordinasi dengan Polda Jabar untuk memperbanyak personel. Menurutnya pelibatan aparat keamanan dalam pengendalian Covid-19 efektif dilihat dari implementasinya di sejumlah daerah.
“Tiap minggu kita menyerbu zona merah, Kuningan sekarang nggak ada, KBB juga begitu,” katanya.
Peningkatan jumlah personel ini untuk mengkampanyekan protokol kesehatan di sejumlah titik destinasi wisata. Selain itu pihaknya menekankan pada pengelola wisata untuk membatasi objek wisata hanya 50 persen dari kapasitas.