BANDUNG – Ketua Jaringan Pengusaha Nasional (Japnas) Jawa Barat (Jabar) Iwan Gunawan, menyebut Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sangat terdampak dengan adanya pembatasan pergerakan (PSBB) selama pandemi Covid-19.
Menurutnya, adanya pembatasan pergerakan tersebut menghambat jalannya usaha UMKM. Sehingga, dunia usaha mengalami kesulitan penjualan dan penurunan omset penghasilan.
“Saya kira betul bahwa UMKM selama krisis Pandemi ini betul-betul diluar dugaan semuanya. Terdampak luar biasa, tidak hanya yang besar terutama di bidang finansial tapi sekarang UMKM kena. Karena salah satunya adalah orang dibatasi pergerakannya,” kata Iwan saat dihubungi, Senin (28/9).
Dia berpendapat, pemerintah perlu mendorong para pelaku usaha supaya pasarnya tidak terganggu dengan adanya kebijakan tersebut dengan cara mengupayakan pemasaran bagi pelaku usaha diarahkan pembelanjaannya ke UMKM sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19.
Pemerintah juga perlu membantu UMKM dalam pemanfaatan transformasi digital mulai dari mencari bahan, proses pembuatan, dan sampe ke penjualan.
“Ini harus kita dorong, karena faktanya pasar-pasar tradisional pembelinya semakin turun. Artinya usaha pun tidak harus di pasar,” paparnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil tidak memungkiri bahwa UMKM dan belanja di level daerah masih belum maksimal.
Hal tersebut sesuai dengan konsep gas dan rem antara ekonomi dan kesehatan di masa pandemi yang selalu berjalan dinamis dan fluktuatif.
“Kadang-kadang (antara) 50 persen kesehatan dan 50 persen ekonomi, kadang-kadang 70 persen kesehatan seperti sekarang dan 30 persennya ekonomi. Tapi tidak pernah seratus berbanding nol,” katanya.
Berbeda dengan UMKM, kata Emil, meski ekspor Provinsi Jabar terus membaik di masa pandemi COVID-19. Namun, ada juga penurunan pada Maret hingga Mei 2020.
’’Tapi sekarang ekspor Jabar kini naik mulai Juni lalu. Bahkan, ekspor Jabar menjadi yang tertinggi di Indonesia,’’kata dia.
Berdasarkan data BPS periode Januari hingga Agustus 2020, ungkap dia, Jabar menyumbang 16,28 persen atau 16,79 miliar dolar Amerika Serikat terhadap ekspor nasional, disusul Jawa Timur sebesar 12,95 persen dan Kalimantan Timur sebesar 8,44 persen.
“Kenaikannya adalah 14,16 persen di bulan Agustus dibandingkan bulan Juli. Jadi per bulan naik pelan-pelan. Nanti kita lihat September, harusnya ada (kenaikan) dikisaran 40 persen,” ungkapnya.