BANDUNG – Dinas Pendidikan Jawa Barat memastikan sampai saat ini, tak ada klaster penyebaran Covid-19 yang berasal dari sekolah. Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar Dedi Sopandi menegaskan, pihaknya menjamin penuh hak utama anak yakni hak hidup, hak kesehatan, dan hak pendidikannya. “Sehingga, pada masa pandemi ini, pendidikan akan tetap dilakukan dengan mengutamakan keselamatan peserta didik,” ujar Dedi, dilansir dari bandung.bisnis.com, Selasa (15/9).
Adapun pembukaan pembelajaran tatap muka, lanjut Dedi, hanya dilakukan di sekolah yang memang lingkungannya telah zona hijau dan diutamakan di daerah blank spot (sulit akses internet). “Namun, kebijakan tersebut tetap melibatkan izin orang tua,” ujarnya.
Hal senada disampaikan penggiat pendidikan, Dan Satriana. Ia menegaskan, yang utama saat ini adalah keselamatan siswa. “Persoalan mengejar ketertinggalan bisa disusul. Tapi kalau satu nyawa melayang, itu tidak bisa digantikan dengan apa-apa,” tegasnya, kemarin.
Dan pun menyoroti orang tua yang terlihat kurang mendapatkan dukungan dari pemerintah. Sebab, selama pembelajaran jarak jauh, orang tua juga membutuhkan pendampingan untuk berperan serta dalam pendidikan anak saat ini. “Dukungan kepada orang tua masih kurang. Seolah-olah mereka dibiarkan sendiri untuk menyelesaikan persoalannya,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua FAGI, Iwan Hermawan menyarankan pemerintah jangan terlalu cepat membuka pembelajaran tatap muka, terlebih di daerah yang belum dikatakan aman. “Jangan terlalu cepat dan harus waspada. Harus waspada, tapi jangan jadi penakut. Presiden Jokowi juga bilang untuk bersabar, baik guru, siswa atau orang tua,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitkan, Satuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Sukabumi menyebutkan, sebanyak 29 pelajar di salah satu lembaga pendidikan di Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, Jawa Barat, terkonfirmasi positif COVID-19.
“Dari pemeriksaan swab yang kami lakukan kepada pelajar di lembaga pendidikan tersebut ditemukan pada Sabtu (12/9) 21 pelajar yang positif, sehingga jika ditambah dengan kasus yang lalu totalnya menjadi 29 pelajar,” kata juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Sukabumi Wahyu Handriana di Sukabumi, Sabtu (12/9).
Pihaknya kata dia, sudah melakukan penelusuran seperti tracking maupun tracing kepada warga yang ada di lembaga pendidikan tersebut termasuk masyarakat sekitar dan orang tua para pelajar tersebut.