KABUPATEN TASIK – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meninjau kesiapan insfrastruktur protokol kesehatan sekolah di Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (10/09).
Peninjauan itu dilakukan KPAI yang didampingi KPAID Kabupaten Tasik di dua sekolah, yaitu SMPN 1 Rajapolah dan SMKN Manonjaya.
Komisioner KPAI, Retno Listyarti mengatakan, sejak pandemi Covid-19 pihaknya telah mengunjungi 31 sekolah di beberapa wilayah Indonesia.
Hasilnya, mayoritas sekolah belum siap menggelar kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka, termasuk di Kabupaten Tasikmalaya.
“Dari seluruh kunjungan kita, hanya SMKN 11 Kota Bandung yang kami anggap siap dari insfrastuktur dan lain-lain. Bahkan mereka punya bilik disinfektan alami di depan pintu masuknya,” katanya kepada wartawan.
Khusus di SMPN 1 Rajapolah, Retno menilai, kesiapan insfrastruktur untuk penerapan protokol kesehatan dinilai masih kurang. Ia mencontohkan, keberadaan tempat cuci tangan atau wastafel yang belum tersedia banyak.
Menurut dia, untuk dapat menggelar KBM tatap muka sekolah harus menyediakan wastafel di depan setiap ruang kelas. Pantauan di lokasi, belum semua ruang kelas di SMPN 1 Rajapolah tersedia wastafel. Hanya terdapat beberapa ruang kelas yang tersedia wastafel di depannya.
Selain itu, kursi dan meja di dalam kelas juga masih tersusun normal. Pihak sekolah belum menyiapkan ruangan khusus jika KBM tatap muka kembali dapat dilaksanakan.
Retno menambahkan, masalah utama belum siapnya sekolah menggelar KBM tatap muka adalah belum adanya standar prosedur operasi (SOP) yang jelas. Sebab, ketika KBM tatap muka kembali dilaksanakan, banyak hal yang berubah dari KBM normal.
Ia menandaskan, setiap warga sekolah harus disosialisasikan SOP mulai dari kedatangan hingga proses belajar di dalam kelas. Dia kembali mencontohkan, setiap warga sekolah, termasuk guru dan siswa, datang ke sekolah dengan baju bebas.
Baru seragam digunakan ketika berada di sekolah, sehingga tak terkomtaminasi saat di perjalanan. Tak hanya itu, para siswa juga mesti diajarkan untuk tahan mengenakan masker dalam jangka waktu lama.
“Ini kelihatannya mudah, tapi kita sendiri juga kadang tak tahan memakai masker lama-lama,” tandasnya.
Artinya, jelas dia, edukasi dan sosialisasi juga harus dilakukan ke setiap orang tua. Sebab, menurut dia, tak mudah untuk mengubah perilaku siswa.