36 Klub Internal Persib Protes Merasa Tidak Lagi Diakomodir

BANDUNG – Polemik antara 36 Persatuan Sepak bola (PS) dengan manajeman Persib Bandung yaitu PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) kembali memanas. Hal ini terjadi karena PT PBB dituding tidak lagi mengakomodir para pemain yang bernaung di PS untuk bermain di Persib Bandung.

Sebelumnya 36 PS diketahui menjadi pemasok pemain-pemain muda untuk tim senior Persib. Namun, ketika Persib sudah dikelola oleh PT PBB kebutuhan pemain kebutuhan pemain didapatkan membeli klub lain secara profesional.

Pengamat sepak bola sekaligus pemerhati Persib Bandung, Eko Noer Kristiyanto atau yang akrab disapa Eko Maung menilai, perubahan manajeman Persib Bandung ke badan perseroan hingga berdampak pola memenuhi kebutuhan pemain menjadi profesional merupakan hal wajar.

“Intinya ini kan sepak bola modern, akan berkaitan dengan yang namanya subyek hukum, hal hal yang secara yuridis, legal itu harus jelas. Jadi sudah bener memang klub sepak bola profesional itu berbadan PT kaya sekarang,” ujar Eko Maung kepada wartawan Rabu, (12/8).

Kendati begitu, Persib Bandung tetap tidak boleh melepaskan sisi historis dan emosional kontribusi dari 36  PS yang sejak dulu bernaung di Persib. Sebab jika diakomodir bisa menguntungkan manajemen.

” jadi jika dikelola dengan legalitas yang adil dan batasan yang jelas antara Persib Bandung dengan 36 PS,” ujarnya.

Eko Maung menilai, semodern apapun klub sepak bola keberadaan klub-kljb binaan harus melekat. Bahkan jika dikelola dengan baik akan mengubtubgkan.

“Nah masalahnya ini ikatan emosional, sejauh apapun bisa mempengaruhi klub profesional, jadi kalau misalkan Persibnya kalah jelek boleh pada marah, protes, tapi kalau sampai mengendalikan arah kebijakan klub ya nggak bisa, karena yang nentuin kan direksi, komisaris sesuai aturan,” tegasnya.

Konflik antara manajeman Persib dengan 36 PS mulau mencuat diduga ada beberapa kelompok yang mengambil keuntungan di situasi tersebut.

“Nah yang terjadi sekarang ini sebetulnya klub (PS) ini kan kaya dianggap, nah ini juga banyak yang miss juga, misalnya pembinaan nggak diperhatikan tapi pada kenyataannya ada juga yang mengatakan (holding) itu ngasih kontribusi buat klub – klub, berarti bukan menyepelekan,” katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan