BANDUNG – Pelaksanaan tes asesor yang dilakukan Badan Akredasi Nasional (BAN) sejauh ini tidak sesuai harapan. Sebab, dari 3.000 peserta di Jawa Barat (Jabar) hanya 50 persen saja yang lulus tes.
Koordintaor Pengawas SMA Disdik Jabar Juli Wahyu PD mengatakan, dari uji kompetensi yang telah dilaksanakan banyak asesor tidak mencapai standar kompetensi. Hal ini terjadi, karena peserta uji kompetensi kebanyakan berusia 50 tahun dan tkurang memahami teknologi informasi.
’’Hasil ini akan dijadikan bahan evaluasi pada saat rekruitmen asesor dari pengawas sekolah,’’jelasnya ketika ditemuiJabar Eskpres belum lama ini.
Untuk mengatasi masalah itu, pihaknya akan mengusulkan, untuk tenaga asesor sebaiknya harus dari kalangan guru-guru muda.
’’Harapannya mereka lebih melek teknologi, artinya kemampuan kognitifnya lebih mumpuni,’’ujar Juli.
Dia mengatakan, para peserta asesor ini berasal dari jejaring guru SD, SMP dan SMA dan SMK seluruh Indonesia. Uji kompetensi ini bagian dari perubahan sistem manajemen akreditasi sekolah.
’’Akredditasi selama ini telah berjalan puluhan tahun saat sektor pendidikan dikomandani oleh Nadiem Makarim terjadi banyak perubahan terkait dengan pemberian akreditasi di sekolah-sekolah,’’ucap dia.
Melihat kenyataannya, ada ditemukan pemberian akreditasi diputuskan tidak wajar. Padahal kalau dilihat dari fasilitas sekolah belum memenuhi standar tetapi hasil akreditasi dinilai baik.
’’Banyak kejadian di lapangan sekolahnya fasilitas katakan tidak mencukupi tapi diberi akareditasi “A”,”keluhnya.
Untuk itu, pihaknya sangat mendukung jika sistem penilaian akreditasi segera dibenahi dengan menggunakan sistem dan teknologi. Sehingga, hasil yang didapatkan akan menjadi bahan perbaikan mutu sekolah.
’’Jadi artinya pemberian nilai oleh asesor kepada tiap-tiap sekolah bisa dievaluasi dan menjadi acuan dalam akreditasi sekolah di yang akan dating,’’pungkas dia. (mg2/yan)