Revitalisasi IPAL Tiga Tahun Molor! Padahal Penting Masalah Limbah di Dayeuhkolot

SOREANG – Program Revitalisasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sudah tiga tahun mandeg. Padahal revitalisasi IPAL tersebut untuk memecahkan permasalahan limbah di wilayah Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Hal tersebut dikatakan Dansektor 7 Citarum Harum Kolonel Kav Purwadi.

Sebelumnya, ungkap Purwadi, Bupati Bandung, Dadang M Naser sudah pernah melakukan demonstrasi terkait IPAL. Tetapi, terpending dahulu, jadi revitalisasi ini belum bisa dilaksanakan.

”Program revitalisasi IPAL awalnya Pemda kabupaten Bandung dan PT Adikarya yang gagas, namun hingga saat ini revitalisasi tersebut belum di laksanakan. Sehingga dilakukan Sosialisasi kepada pengusaha Mitra PT MCAB dengan Wakil Bupati Bandung, setelah itu meninjau IPAL di PT MCAB,” kata Purwadi saat di konfirmasi, Kamis (16/7).

Purwadi menjelaskan, IPAL di PT MCAB sudah jalan namun untuk menampung banyak belum bisa, dengan direvitalisasi maka akan bisa menampung lebih banyak lagi. Saat ini, IPAL yang ada sudah berjalan dengan baik dan bisa mengakomodir hingga 23 perusahaan.

Namun, jika jadi revitalisasi maka bisa mengakomodir hingga 25 perusahaan. Meskipun sudah ada IPAL, masih ada perusahaan nakal yang membuang limbah pada saat banjir datang, melalui saluran siluman.

”Hingga saat ini, sudah banyak saluran siluman pembuangan limbah pabrik yang ditutup atau dicor. Saya minta IPAL-nya segera direvitalisasikan supaya lingkungan tetap terjaga. Apalagi ini  sudah memasuki tahun ketiga,” jelasnya.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Bupati Bandung, Gun Gun Gunawan mengatakan, untuk memaksimalkan pengoprasian IPAL, semua pihak harus bersinergi. ”Kita akan dorong peningkatan IPAL. Posisi kita sekarang memberikan solusi, namun saat ini oknum yang buang limbah malah kucing-kucingan dan saling menyalahkan,” kata Gun Gun saat dikonfirmasi, Kamis (16/7).

Menurut Gun Gun, yang menjadi permasalahan dalam pengoperasian IPAL adalah mengenai kemampuan daya tampung IPAL-nya. Sehingga, pihaknya akan menyesuaikan dengan realisasi pengeluaran limbah di tiap pabriknya. Sehingga, revitalisasi perlu dilakukan.

”Kalau daya tampungnya, masih misalkan 13 ribu, tapi untuk kebutuhannya 40 ribu, jadi tetap aja yang masuk 13 ribu, sisanya kemana-mana,” jelasnya.

Gun Gun menjelaskan, masalahnya jika ada pabrik yang mampu membangun IPAL sendiri, dan kualitasnya bisa dipertanggungjawabkan. Yang jelas outputnya itu, tidak merugikan lingkungan dan sosial di masyarakat.  ”IPAL yang telah dibangun, sudah dilakukan pembaharuan alatnya. Jadi, jika nanti dari segi kapasitas dan daya tampung IPAL ditingkatkan, maka bisa memberikan solusi bagi pabrik untuk bisa mengolah limbahnya,” pungkasnya. (yul/rus)

Tinggalkan Balasan