BANDUNG – Gaya bicaranya yang manis, khalayak politisi ulung. Kata-katanya penuh dengan teka-teki. Itulah Irfan Suryanagara, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat (Jabar).
Siapa yang tidak kenal mantan ketua DPRD Jabar tahun 2009-2014 itu. Selalu hadir dalam memberikan instrupssi berupa kritikan. –saat rapat Paripurna. Baginya, mengkritik program pemerintahan bukan berarti membenci. Melainkan bentuk kasih sayang supaya lebih maju.
Legislator Daerah Pemilihan Kota Bekasi-Kota Depok itu menyampaikan aspirasi. –Suara rakyat. Dalam rapat Paripurna: Penyampaian Nota Pengantar Gubernur Jawa Barat Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2019.
Irfan meninta Gubernur Jawa Barat–Ridwan Kamil. Mempertimbangkan slogan pendidikan gratis dan SPP gratis. Karena baginya itu cukup mengganggu.
“Pertimbangkan. Di daerah saya, Depok-Bekasi SPP rata-rata antara Rp200ribu sampai Rp300ribu,” kata Irvan usai Ridwan Kamil bacakan nota pengantar.
“Sekarang meraka harus menerima 145ribu siswa. Kasian para guru. Paradigma masyarat semua dibawah: ketika gratis, ya gratis,” imbuhnya.
Dampaknya, kata Ketua DPD Demokrat Jabar, program-program diamputasi. Sementara dirinya ingin bersama-sama mencetak anak bangsa yang berkualitas dan lebih baik.
“Kalau program itu diamputasi. Maka ini akan mengakibatkan hal yang tidak baik. Ini tidak perlu sahabat Gubernur jawab disini. Tidak jadi masalah. Ini jadi masukan yang saya berikan.–Akibat saya turun kelapangan,” katanya.
Dalam penutupnya, diapun memberikan stimulus bahwa kasih sayang tidak hanya senyum. “Susah cari kasih sayang bersifat kritik. Saya positif thinking terhadap Gubernur. Mudah-mudahan akan menjadi orang baik. –selagi mau berpasangan dengan Demokrat,” tutupnya sambil tersenyum.
Di depan pintu ruang rapat Paripurna DPRD Jabar, humas menyiapkan untuk doorstop. Wartawan berjajar, bersiap menghampiri Ridwan Kamil.
Sebelumnya, saya sudah merencanakan untuk meminta tanggapannya–Kritik Irfan terhadap SPP gratis. Supaya berita lebih berimbang.
Saat ditanya, Emil–sapaan akrabnya. Kritik saat rapat hal yang biasa. Suatu kewajaran baginya, untuk bahan evaluasi.
“Oh itu mah tidak ada masalah. Ini kan baru pertama kali. Kita sama ratakan. Nanti pilihannya dilihat ada sekolah yang memang di gunung dengan di kota. Kan Mungkin beda ya nilai biaya ekonominya,” kata Emil.