Selama Pandemi, Angka Kasus DBD Diklaim Menurun

SOREANG – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) mengklaim selama pandemic covid-19, jumlah penderita demam berdarah dengeu (DBD) mengalami penurunan.

Kepala Seksi P2PM Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) pada Dinkes Agus Kukuh Satiana mengatakan, pihaknya mencatat, sampai bulan Juni 2020, jumlah penderita DBD mencapai 189 orang, dengan korban meninggal dunia sebanyak tiga orang. dibanding tahun sebelumnya pada periode yang sama, jumlah penderita DBD mencapai angka 498 orang, dengan korban meninggal dunia sebanyak 12 orang.

”Penderita DBD Tahun 2020 ini masih ada, tetapi tahun ini ada penurunan dibanding tahun 2019. Namun grafiknya sama, tetapi jumlahnya menurun hingga tiga kali lipat,” kata Agus saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (1/7).

Menurutnya, penyebaran DBD setiap tahunnya tetap di beberapa kecamatan, yakni kecamatan Bojongsoang, Baleendah, Pamempek, Banjaran, Arjasari, Cimaung, dan Ciparay. Namun, katanya, zona merah DBD ada di wilayah, kecamatan Majalay, Paseh dan Ibun, selalu ada setiap bulannya. Selain DBD, di kabupaten Bandung yang sedang merajalela tahun ini yaitu Cikungunya, sehingga DBDnya menurun, sedangkan Cikungunya naik dengan drastis.

”Untuk melakukan sosialisasi pencegahan untuk DBD dan Cikungunya, kami membentuk Pemberantas sarang nyamuk (PSN) dan Desa GIRIJ (Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik), di kabupaten Bandung ada 35 desa yang sudah aktif, sehingga dengan ada GIRIJ sangat membantu untuk pencegahan,” jelasnya.

Oleh karena itu, pihaknya melakukan sosialisasi pendektesidinian di 35 desa. Sebab, berkesinambungan semua pihak untuk pemantauan jentik di rumah masing-masing, lalu dilaporkan ke kader desa wisma. ”Kami bekerja sama dengan kader PKK dan BPMPD, sehingga satu kader membawahi 10 rumah, program ini sangat bagus, dan sekarang membuahkan hasil dengan penurunan angka DBD sangat drastis,” tuturnya.

Menurutnya, penyakit DBD dan Cikungunya terjadi oleh nyamuk. Namun perbedaan DBD bisa mematikan, sedangkan Cikungunya tidak mematikan namun penderita bisa sakit badan dan kaki. Kedua penyakit tersebut, awalnya dari nyamuk. Sehingga, efektivitas memberantas gencar dilakukan melalui penerapan pola hidup sehat dan selalu bersih kepada masyarakat.

”Kami imbau kepada masyarakat, agar menerapkan pola hidup bersih. Selain itu, masyarakat harus tetap memperhatikan tempat-tempat yang berpotensi sebagai habitat hidup jentik nyamuk,” pungkasnya.(yul/rus)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan