BANDUNG-Sebanyak lima siswa lulusan SMPN 14 Bandung gagal melanjutkan sekolah jalur afirmasi lantaran terjanggal syarat administrasi yang begitu ketat. Diketahui, lima siswa tersebut merupakan siswa kurang mampu, mendaftar di salah satu SMA Negeri melalui jalur afirmasi. Akibat sulitnya persyaratan yang diterapkan sekolah untuk jalur tersebut, akhirnya siswa tersebut dipaksa untuk pindah jalur lain yaitu jalur zonasi agar bisa diterima sekolah yang mereka tuju.
“Kelima siswa didikan kami itu telah diterima oleh SMA tujuan tetapi melalui jalur zonasi bukan afirmasi atau Keluarga Ekonomi Tidak Mampu (KETM),” ungkap Wali Kelas SMPN 14 Bandung, Agnes Barlian, saat dikonfermasi Jabar Ekspres, Minggu (21/6)
Agnes mengatakan, pihaknya telah melakukan home visit (peninjuan lapangan) terhadap siswa RMP tersebut yang juga berstatus anak didiknya.
Pihak sekolah kata Agnes, telah memperjuangkan kelima siswa kurang mampu secara ekonomi supaya dipermudahkan mendaftar lewat jalur afirmasi/KETM di PPDB Jawa Barat.
Dilanjutkan, kondisi kelima siswa tersebut memiliki latar belakang ekonomi yang berbeda-beda, dua siswa di antaranya sangat mengharapkan melanjut ke SMA tujuan melalui RMP murni, dan ketiga dari yang lain, merupakan siswa yang hanya memiliki KIP dan KIS, dan terdampak Covid-19.
“Kalau alamatnya saya tidak terlalu hafal persis, kemarin-kemarin kelima siswa itu sudah mendaftar lewat afirmasi, tetapi keterima atau tidaknya saya belum mengetahui, ‘kan diseleksi lagi oleh SMA tujuan,” ungkap Agnes.
Rata-rata dari kelima siswa itu, beber dia, terkendala sarana/prasarana saat mendaftar PPDB online di sekolah yang mereka tuju. Seperti android, laptop mereka tidak memiliki fasilitas tersebut untuk meng-uploading (pengunggahan) dokumen saat mendaftar. Untuk membantu siswanya itu, pihaknya kata Agenes, meminta operator sekolah agar membantu kelima siswa tersebut untuk uploading dokumen.
“Siswa-siswa itu terkendala tidak memiliki sarana prasarana saat uploading dokumen dan sebagainya, kemudian saya minta operator untuk dibantu, satu ada dua kali karena ada data yang tidak lengkap, kepada mereka begitu dikonfirmasi sudah langsung datang ke sekolah, tapi sudah berhasil pendaftarannya,” akunya.
Selaku Wali Kelas, Agnes begitu memperhatikan nasib kelima siswanya itu. Ia juga meminta operator untuk memvalidasi titik koordinat rumah siswa tersebut agar lebih dekat dengan SMA tujuan.