Butuh Proses Merubah Petani dan Pembeli Menuju Pemasaran Hasil Tani Online,

SOREANG – Selama Pandemi Covid-19 di Indonesia khususnya di Kabupaten Bandung sejumlah sektor terdampak cukup signifikan. Salah satunya sektor pertanian yang mengalami kerugian, meskipun demikian, para petani tetap bisa bertahan hidup dengan survive.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umaran mengatakan, petani yang terdampak yakni petani kopi dan sayuran. Pasalnya, pemasaran produk kopi jelas terganggu apalagi ekspornya. Karena pada saat melakukan ekspor, banyak produk yang tertahan atau tidak sampai ke negera tujuan.

”Padahal dari Juni sampai September, merupakan waktu panen kopi. Tetapi yang menjadi masalah adalah pembelinya tidak ada, karena ada keterbatasan armada dan uang,” kata Tisna saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (19/6).

Tisna menjelaskan, harga kopi mengalami penurunan, bahkan ceri kopi hanya dijual mulai Rp 5-7 ribu. Tetapi, karena kopi adalah produk yang bisa disimpan lama, jadi sebetulnya kalau dari sisi bisnis saatnya sekarang, masih normal.

”Kalau kopi sudah di olah bisa disimpan lama dengan berupa greenbeans, asal disimpannya dengan baik, namun yang lebih terdampak yakni petani sayuran, karena sayuran tak bisa disimpan lama,” jelasnya.

Tisna mengaku, saat ini belum melakukan pengujian terkait sejauh mana kerugian yang dialami petani. Namun, dengan adanya penutupan pasar salah satu kendala yang membuat petani merugi. ”Covid 19 ini tidak pernah direncanakan. Orientasi petani jelas, yaitu pada saat lebaran harga akan bagus. Tetapi tahun ini justru memberikan dampak yang cukup signifikan. Padahal, secara vegetasi, sektor pertanian didukung dengan aspek yang baik, seperti iklim yang bagus dan hama yang relatif tidak ada yang aneh. Intinya secara supply produksi itu optimal, tetapi tidak dengan pemasaran,” jelasnya.

Menurutnya, dalam dunia holtikultura  ada rumus 5 dan 2. Artinya, jika petani lima kali menanam, tapi mengalami rugi dua kali, itu masih biasa saja. Jadi, saat ini para petani sedang berlomba-lomba untuk bisa survive, dan tetap semangat menanam.

”Para petani ini masih punya daya tahan hingga musim tanam selanjutnya. Adapun untuk dananya, petani bisa menggunakan dana yang berasal dari keuntungan sebelumnya atau melakukan peminjaman kepada pemilik modal,” akunya.

Tinggalkan Balasan