Dispangtan Targetkan Vaksin 75 Sapi Betina Tahun Ini

CIMAHI – Untuk mencegah keguguran pada sapi perah, Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Cimahi bakal melaksanakan vaksin brucellosis. Ada sebanyak 75 ekor sapi betina anak yang ditargetkan bisa tervaksin tahun ini meski ditengah pandemi Corona Virus Disease (Covid-19).

Kepala Seksi Peternakan pada Dispangtan Kota Cimahi, Retno Wulan menjelaskan, sebetulnya pihaknya tahun ini tidak ada anggaran khusus untuk melalukan vaksin. Alat yang tersedia untuk tahun ini merupakan sisa tahun lalu yang belum terpakai.

”Kita targetkan 75 ekor berdasarkan angka kelahiran sapi tahun lalu. Kita pakai vaksin yang tahun lalu, karena tahun ini tidak ada anggarnnya. Rencananya Desember nanti,” kata Retno, Senin (8/6).

Dia menjelaskan, vaksinasi itu dilakukan guna mengantisipasi penyakit brucellosis di wilayahnya. Brucellosis merupakan penyakit yang menyebabkan keguguran di sapi dan bisa menular ke manusia.

Penyakit brucella abortus dapat disebarkan melalui konsumsi produk peternakan yang sudah terkontaminasi seperti air susu. Selain itu juga melalui feces yang terkontaminasi terutama dari ternak sesudah melahirkan.

”Atau dengan kontak langsung pada waktu kawin dengan hewan yang terinfeksi,” tuturnya.

Menurutnya, sapi yang terinfeksi dengan mudah dapat menularkan penyakit pada saat sapi melahirkan, sebab bakteri yang dikeluarkan pada saat itu mampu menularkan sampai dengan jumlah 600.000 ekor.

Selain itu penularan dapat terjadi juga melalui saluran pencernaan dan mukosa atau kulit yang luka. Pada sapi dan kambing, penularan melalui perkawinan sering terjadi, sehingga pemacek yang merupakan reaktor harus dikeluarkan.

Terkait gejala dari penyakit tersebut, Retno menjelaskan jika pada sapi gejala klinis yang utama ialah keluron menular yang dapat diikuti dengan kemajiran temporer atau permanen dan menurunnya produksi susu. Keluron yang disebabkan oleh brucella biasanya akan terjadi pada umur kebuntingan antara lima sampai delapan bulan.

”Sapi dapat mengalami keluron satu, dua atau tiga kali, kemudian memberikan kelahiran normal, sapi terlihat sehat walaupun mengeluarkan cairan vaginal yang bersifat infeksius. Cairan janin yang keluar waktu terjadinya keluron berwarna keruh dan dapat merupakan sumber penularan penyakit,” terangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan