Bagaimana di Jakarta?
”Sama, Abah…,” jawab ”Wanita DI’s Way” tadi malam. ”Di bus TransJakarta berjubel,” tambahnyi.
Dia juga melihat di pasar-pasar kian ramai. Juga kian abai pada protokol Covid-19. ”Wanita DI’s Way” itu (Baca: Wanita DI’s Way) punya usul menarik.
”Baiknya pemerintah pusat dan provinsi mengubah jam kerja,” ujarnyi. ”Kalau tidak, semua angkutan umum akan sangat padat,” tambahnyi.
Tentu saya setuju dengan usul seperti itu. Atau jangan-jangan justru sudah dilaksanakan. Seharusnya pegawai negeri juga mulai diperkenalkan ke sistem ”orientasi hasil”.
Selama ”new normal” ini harusnya jam kerja tidak begitu penting lagi.
Mau bekerja jam berapa pun mestinya tidak masalah. Asal pekerjaan mereka beres. Pun target bisa dipenuhi.
Yang diperlukan hanya pengumuman. Siapa, atau bagian apa, bisa ditemui jam berapa. Agar masyarakat yang memerlukan layanan bisa menyesuaikan diri.
New normal kelihatannya sudah seperti new year. Yang ditunggu tinggal berapa yang kena ledakan mercon.(Dahlan Iskan)