BANDUNG – Adanya stigma bahwa SMK merupakan penyumbang pengguran ditepis oleh Wakil Manajemen Mutu SMKN 6 Bandung Agus Surahat.
Menurutnya, stetmen tersebut masih datable. Sebab, relevansi di lapangan pekerjaan SMK memiliki berbagai kompetensi keahlian.
’’Jadi tidak bisa digeneralisasikan. Hal tersebut dikarenakan terdapat siswa yang bekerja sesuai dengan kompetensinya, dan ada juga yang tidak,’’ jelas Agus ketika ditemui Jabar Ekspres di Bandung, (11/3).
Dia menilai, jika ada pertanyaan apakan kompetensi SMK sekarang sudah sesuai dengan kubutuhan lapangan pekerjaan, maka harus dilihat ketersediaan jurusan di SMK masing-masing.
Akan tetapi, kalau memang SMK sebagai penyumbang angka pengangguran terbesar, maka kurikulum SMK harus melalkukan perubahan yang mengacu dengan kebutuhan lapangan pekerjaan.
’’Salah satu caranya dengan meningkatkan kompetensi siswa dengan membuat sistem pembelajaran seperti kelas Industri,’’ucapnya.
Menurutnya, di SMK 6 sendiri ada kelas khusus dimana para siswa yang masuk kelas Industri adalah anak yg terseleksi baik secara pengetahuan maupun keterampilan. Contohnya di kelas industri PT BUMA.
Siswa yg telah menyelesaikan pendidikannya langsung diterima bekerja di PT BUMA, ada juga kelas Industri seperti TTEP (Toyota Technical Education Program),” ungkapnya.
’’Muatan khusus juga turut menjadi acuan SMKN 6 Bandung dalam penerapan pembelajaran kepada siswa,’’tambah dia.
Agus mengatakan, dalam dokumen Kurikulum 2013 sendiri terdiri dari 3 dokumen, di antaranya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus, dan Administrasi Guru.
’’Nah disini ada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada kelas industry pada KTSP SMKN 6 ada Kompetensi Dasar (KD), yang merupakan sisipan dari industri,” pungkas Agus. (mg7/yan)