”Hafid sadesa itu berikhtiar merubah dan mengembalikan mainset masyarakat tentang orang yang hafid itu jadi orang yang hafid itu adalah orang yang paham keislaman secara komprehensif orang yang memiliki wawasan pemahaman keagamaan yang bagus orang yang mampu bersikap toleran tasamuf dan tawajun ajdi mereka orang orang yang mampu menyikapi perbedaan dengan bijak perbedaan dimaknai sebagai sunatullah yang tidak harus dipertentangkan,” tandasnya.
Sementara itu, Tim JQH Jabar H. Cahya M. Nuh Zarkasyi mengaku, dirinya bukan kiyai bukan pula ustad apa lagi ahli quran.
”Saya basiknya adalah pengusaha sehingga saya berharap dengan menggerakan program sadesha ini ada keberkahan yang saya dapet. Secara pribadi khususnya, umumnya ya seluruh warga Jawa Barat jadi tidak banyak hal yang diharapkan oleh saya hanya keberkahan,” katanya.
”Jadi menggemakan quran dipenjuru desa gitu, terutama saya sebenarnya juga lebih kepada motifator lahiriyah kalau rohwiyah dan sistem kemudian keorganisasian kalau saya sebenarnya hanya penggerak memotivasi mereka yuk sama sama menggemakan al quran berharao keberkahan,” imbuhnya.(adv/mg1/ziz)