Batasi Minimarket untuk Menghidupkan Kambali Warung Tradisional

SOREANG – Maraknya minimarket dikhawatirkan mengganggu tatanan pedagang warung tradisional, untuk mengantisipasinya, melalui program CSR Sampoerna Retail Community (SRC) melalukan pembinaan sekitar 2.000 pengusaha warung tradisional di Kabupaten Bandung.

Menanggapi program tersebut, Wakil Bupati Bandung Gun Gun Gunawan mengatakan, maraknya minimarket akan menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah Kabupaten Bandung. ”Maraknya usaha minimarket waralaba memang harus segera dievaluasi oleh dinas terkait, terutama masalah zonasinya,”kata Gun Gun saat menghadiri acara silaturahmi paguyuban pedagang tradisional di Ciwidey, belum lama ini.

Menurut Gun Gun, Pihaknya berharap keberadaan minimarket tidak sampai mematikan usaha warung tradisional milik masyarakat. Salah satu cara pencegahannya dengan membatasi minimarket untuk tak masuk ke kawasan permukiman padat penduduk.

”Saya berharap semua minimarket bisa membina para pelaku usaha warung tradisional, sehingga keberadaannya tidak akan mengganggu pedagang kecil,” akunya.

Lebih lanjut, Gun Gun menjelaskan melalui program CSR semua perusahaan bisa mendukung kemajuan warung tradisional. Seperti yang dilakukan Sampoerna Retail Community (SRC), telah melakukan pembinaan kepada 2.000 pengusaha warung tradisional di Kabupaten Bandung.

”Para pedagang warung tradisional yang tergabung di paguyuban mengaku, dengan program pembinaan SRC berhasil membantu dalam menata usaha mereka sehingga lebih menarik,” tuturnya.

Gun Gun menambahkan, dengan adanya pembinaan dalam menata warung akan menjadi daya tarik, sehingga warung tradisional tak kalah dengan minimarket modern. ”dengan melakukan pembinaan menata dan mengelola manajemen keuangan, pedagang warung modern akan merasa terbantu dengan kehadiran pasar modern,” harapnya.

Sementara itu, Salah seorang pelaku usaha asal Kecamatan Ciwidey Asep Yusuf (48) mengatakan, minimarket kini sudah merambah masuk ke lingkungan tempat tinggalnya yang notabene berada di pelosok. ”Warung saya di Kampung Babakan Tiga, sekarang di sana sudah ada beberapa minimarket yang jaraknya rapat,” katanya.

Menurut Asep, kondisi serupa terjadi hampir di seluruh kawasan Ciwidey. Tak hanya di jalan-jalan utama, minimarket waralaba kini sudah masuk ke perkampungan padat penduduk. Kondisi tersebut, sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup usaha warung tradisional.

Tidak terkecuali warung miliknya yang sejak keberadaan minimarket yang berjarak kurang dari satu kilometer, warungnya mengalami penurunan omzet hingga 40 persen.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan