BANDUNG– Sebanyak 0,2 persen dari jumlah penduduk 2,5 juta Kota Bandung belum bebas dari buta aksara pada usia tidak produktif. Hal itu menjadi perhatian khusus Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Bandung untuk melakukan terobosan agar bisa tercapai target bebas aksara.
Kepala Bidang Pengembangan Perpustakaan dan Kearsipan pada Dispusip Kota Bandung, Neti Supriati menjelasakan, upaya untuk bebas buta aksara ini sduah dilakukan sejak 2011 lalu.
“Masalah buta aksara ini kita sisir ke lapangan masih ada, terutama didominasi oleh umur tidak produktif, mungkin dulu tidak pernah sekolah akhirnya tidak mau belajar,” kata Neti di Balaikota Bandung. Selasa (5/11).
Dia menjelaskan, sejak tahun 2011 tersebut pihaknya telah mengenalkan metode literasi sebagaimana diterapkan pembelajaran kepada anak-anak sekolah untuk menyelesaikan persoalan buta aksara tersebut.
Pihaknya banyak menemukan warga masih mengalami buta aksara di perbatasan Kota Bandung dengan Kabupaten Bandung. Atas temuan tersebut, pihaknya juga menjamin tidak akan membiarkan buta aksara terus bertambah namun sebaliknya ditargetkan zero buta aksara.
“Hanya saja kita belum tau mereka tersebarnya dimana, tapi kita akan mendekati mereka melalui akses perpustakaan keliling, taman baca dan lainnya,” katanya.
Menurutnya, meskipun angka 0,2 persen kategori kecil berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung, namun pihaknya terus berupaya agar Kota Bandung ini bisa bebas dari buta aksara. Salah satunya melalui kolaborasi dengan Dinas Pendidikan. “Harapan kita, dari cara edukasi ini tidak hanya memiliki kemampuan baca tulis tapi juga dapat mensejahterakan mereka berbasis perekonomian,” paparnya.
Selain itu juga, pada tingkat anak-anak, ada 30 persen dari 2,5 juta jiwa atau terdapat 7.904 orang dari jumlah penduduk anak-anak sudah tersentuh literasi. Tapi di tingkat PAUD ada sekitar 100 anak-anak, 15 persen anak-anak tersebut belum memahami Calistung (Baca Tulis Menghitung).
“Itu kita temukan di salah satu PAUD, tapi di umur sekian saya rasa masih wajar, karena usia anak-anak itu 0-5 tahun, jadi wajar-wajar saja kalau belum bisa memahami baca dan menulis,” pungkasnya.(mg2/drx)