Deklarasi Front Mahasiswa Tanpa Almamater

DINAMIKA pergerakan mahasiswa akhir akhir ini semakin elitis dan semakin membuat sekat, baik di antar mahasiswa (mahasiswa pejabat BEM dan mahasiswa bukan pejabat BEM) maupun di antara mahasiswa dengan rakyat (gerakan mahasiswa dan gerakan non mahasiswa; serikat buruh, tani, kaum miskin kota, pemuda dll) di tengah kebijakan pemerintah yang semakin represif terhadap rakyat dan semakin terang terangan berpihak pada kepentingan korporasi melalui berbagai regulasi dan praktiknya. Di sisi lain, Kemenristekdikti bekerja sama dengan rektor berbagai kampus mengkondisikan agar gerakan mahasiswa makin terbelakang, mahasiswa yang baru saja berminat turun ke jalan dalam gelombang protes akhir September lalu harus kembali jadi katak dalam tempurung lagi karena ditakut takuti DO sekaligus juga karena kekurangan perangkat teori dan pengalaman untuk memahami kenyataan yang ada. Ketika kampus semakin menutup ruang demokrasi, dengan membatasi kuantitas dan kualitas kegiatan diskusi ilmiah mahasiswa dengan melakukan pelarangan terhadap berbagai kegiatan, dan membuat mahasiswa makin tenggelam dalam eksklusifitasnya, maka kami dari Front Mahasiswa Tanpa Almamater mendeklarasikan:

  1. Menyerukan kepada semua mahasiswa di seluruh Indonesia untuk membentuk kelompok pergerakan baru yang mau berjuang bersama rakyat dan selalu mengawal tuntutan rakyat.
  2. Kami akan terus konsisten untuk terus memperjuangkan 7+1 tuntutan rakyat, semua atau tidak sama sekali!
  3. Menolak penokohan, eksklusifisme dan elitisisme gerakan mahasiswa yang ada di kampus maupun dalam skala nasional.

Kami sadar bahwa demokrasi yang krannya sempat terbuka saat reformasi makin hari terus mengalami pengeringan. Rakyat semakin tertindas di bawah berbagai regulasi yang memiskinkan dan berpihak kepada korporasi. Produk hukum yang ada maupun yang sedang direncanakan pemerintah semuanya berada pada kepentingan korporasi: membuat makin kaya yang sudah kaya, membuat makin miskin yang sudah miskin. Dan jawaban dari itu semua bukan lah eksklusifitas mahasiswa. Bukan juga berebut jabatan di kampus, atau pun proyek proyek diri sendiri yang hanya untuk kepentingan karir sendiri. Jawaban itu semua adalah berjuang bersama rakyat! Melepaskan almamater dalam arti metafor maupun harfiah, bahwa mahasiswa juga bagian dari rakyat. Maka dari itu, mahasiswa harus bergabung dengan elemen rakyat tertindas lainnya! Sebab agent of change sesungguhnya bukan lah mahasiswa melainkan rakyat kaum buruh, tani, kaum miskin kota, korban penggusuran, kaum perempuan dan minoritas. Hidup rakyat! Hidup mahasiswa yang berjuang bersama rakyat! (*)

Tinggalkan Balasan