BANDUNG – Penderita orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Jawa Barat setiaop tahunnya mengalami peningkatan mencapai 0,14 persen dari total jumlah penduduk Jabar.
Direktur Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Elly Marliyani mengatakan, kondisi ini perlu ditangani secara serius. Bahkan, berdasarkan potensinya jumlah ODGJ bisa saja bertambah.
’’Penyebab ODGJ itu multifungsi. Artinya bukan hanya dengan satu faktor saja, tapi berbagai faktor bisa menyebabkan ODGJ pada setiap orang,’’kata Elly kepada wartawan ketika ditemui pada acara Jabar Punya Informasi (Japri) di Gedung Sate, Kamis, (10/10).
Dia menuturkan, penyebab awal OGJD adalah stres. Kelainan kejiwaan ini paling tinggi potensinya. Biasanya stres disebabkan karena masalah kehidupan. Misalkan ditinggal orang terdekat atau masalah ekonomi. Seperti kebutuhan hidup yang tidak terpenuhi.
Elly mengatakan, kehadiran teknologi seperti gawai bisa menjadi penyebab penderita OGJD bertambah banyak. Sebab, pontesi ODGJ menyasar lebih luas. Bahkan dari kasus yang ditemui pontensi ODGJ ada juga yang diderita umur lima tahun sampai delapan tahun.
Selain itu, perilaku kehidupan kadang sangat mendukung orang menjadi gila. Terlebih, konsumsi alkohol dan napza bisa merusak saraf otak pada manusia.
Sementara itu Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinkes Jabar Arief Sutedjo mengatakan, potensi OGJD pada anak-anak bisa saja terjadi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi sosial dan pengaruh lingkungan.
’’Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, orang tua dan guru di sekolah memiliki peran penting membangun sikap anak,’’kata dia.
Di institusi pendidikan peran guru BP (bimbingan sosial) memiliki peran penting untuk mengetahui kondisi kejiwaan pada setiap anak. Dengan begitu, ancaman dari OGJD pada anak bisa terhindari.
Selain itu, penguatan pendidikan agama juga harus ditanamkan sejak dini pada anak. Sebab, dengan diberikan pengetahuan mengenai agama diharapkan akan mengerti mengenai proses kehidupan.
Ditempat sama, Staf Khusus Gubernur Bidang Kesehatan Siska Gerfianti mengatakan, pada 2030 penyakit yang paling banyak menghantui masyarakat adalah penyakit tidak menular. Salah satu peningkatan adalah penyakit depresi.