Bersama FAD, Putri Gayatri Buat Petisi Stop Pernikahan Anak

SOREANG – Putri Gayatri Pratiwi, gadis kelahiran 12 Februari 2000 asal Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Bandung, selalu aktif menyuarakan hak anak sejak duduk di bangku kelas 8. Menjabat sebagai Ketua OSIS SMP N 1 Pameungpeuk pada waktu itu, Putri bersama rekannya berinisiatif membuat gerakan sosialisasi atau kampanye bahaya pernikahan anak.

“Setelah melihat dinamika permasalahan remaja yang menimpa teman-teman, banyak yang putus sekolah karena menikah. Putri melihat ini sebagai hal yang tidak baik, hal serius dan kompleks. Putri merasa egois, apabila tidak memperdulikan isu ini,” ungkap Putri Gayatri saat menjadi bintang tamu pada acara talkshow di salah satu stasiun TV nasional, Jumat (20/9).

Putri Gayatri (kiri) saat menjadi bintang tamu dalam acara talkshow salah satu stasiun TV nasional.

Melihat kiprah Putri, sebuah NGO (_Non Governmental Organization_)atau lembaga non pemerintah yaitu _Save the Children_ memfasilitasinya. Organisasi yang bergerak di bidang anak tersebut, memilih Putri untuk menyampaikan suaranya sampai ke DPR dan kementerian. Ia dipilih karena dianggap aktif, konsisten, dan berani menyampaikan suaranya.

Ketika usianya 15 tahun dan masih duduk di bangku kelas 11 di SMA N 1 Banjaran, Putri terpilih menjadi delegasi Indonesia untuk tampil berbicara di _United Nation General Assembly (UNGA)_ atau Sidang Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) ke-70 tahun 2015 lalu. Pada acara yang digelar di New York Amerika Serikat itu, ia mewakili suara jutaan anak di dunia yang terampas hak-haknya.

“Dalam forum itu, Putri menyampaikan visi terkait isu pernikahan anak, akses pendidikan merata untuk anak disabilitas dan isu merokok pada anak. UU pernikahan kita masih membatasi usia pernikahan minimal 16 tahun. Itu kontradiktif dengan UU perlindungan anak, bertentangan dengan wajib belajar 12 tahun. Akhirnya dalam kesempatan berbicara di hadapan para pemimpin dunia itu, Putri menyampaikan bahwa regulasi sangat penting, karena kalau kami berkampanye tentang stop pernikahan anak, namun tidak ada payung hukum yang mendukung, maka usaha kami akan sia-sia,” terang bungsu dari 3 bersaudara ini.

Masih rangkaian kegiatan UNGA, Putri diperkenalkan kepada 60.000 penonton oleh Ratu Rania dari Yordania dalam acara Global Citizen Festival di Central Park, New York. Pada acara yang berbarengan dengan launching _Sustainable Development Goals_ (SDGs) tersebut, Putri membacakan visi untuk dunia di tahun 2030. Ia menyampaikan bahwa dalam tujuan pembangunan berkelanjutan, tidak boleh ada seorang anak pun yang tertinggal.

Tinggalkan Balasan